"Ada dua alasan kenapa ia memilih perguruan tinggi tersebut. Pertama, jarak. Waktu itu ia harus memilih ke Amerika atau Australia. Karena Amerika terlalu jauh, maka pilihannya ke Australia,' kata Hengky.
Untungnya University of Wollongong merupakan salah satu yang terbaik di bidang ilmu komputer, terutama practical application-nya.
“Akhirnya saya tinggal di Wollongong dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komputer [Bachelor of Computer Science] dalam tiga tahun,” lanjut penyuka olahraga bola basket ini.
Hengki belum puas dengan gelar sarjananya. Ia tertarik melanjutkan ke jenjang pascasarjana di universitas yang sama dengan spesialisasi keamanan komputer (computer security).
Sayangnya, kala itu 1998, Indonesia terkena krisis moneter.
Orang tuanya menyatakan tidak sanggup membiayai kuliahnya karena pendapatan yang terbatas akibat kenaikan kurs rupiah terhadap dolar.
Baca: HMI Gowa Raya Anggap Pelemahan Rupiah Indikasi Krisis Moneter
Mendengar kabar itu Hengki sempat bingung. Walau begitu, ia tak putus asa.
“Saya lantas bilang kepada orang tua saya, ‘Oke, enggak usah takut dengan biaya hidup karena saya akan mencarinya sendiri’. Tapi uang yang ada dipakai untuk membayar kuliah. Waktu itu hanya cukup untuk membayar dua semester,” kenangnya.
Itulah awal mula Hengki harus mencari pekerjaan di Wollongong. Pekerjaan pertamanya yaitu Access Database, lalu Tutorial Programming. Setelah itu barulah ia bergabung dengan Itree sebagai casual software developer. Saat ia masuk, karyawan perusahaan tersebut baru tiga orang.
Seiring berjalannya waktu, Itree terus tumbuh. Kinerja keuangannya semakin baik.
Peningkatan kinerja itu tak lepas dari peran Hengki. Kariernya pun cemerlang karena itu. Saat menjadi project manager, ia berhasil menorehkan keuntungan proyek terbaik dibanding project manager lainnya.
Padahal, memasarkan produk dan layanan Itree—seperti perangkat lunak untuk kamera pengawas kecepatan kendaraan (speed camera), stasiun pengecekan truk (truck checking station), dan pengaturan lalu lintas kapal laut di pelabuhan—yang target pasarnya adalah lembaga pemerintah, apalagi dilakukan oleh orang Indonesia, jelas tidak mudah.
Karena perannya cukup menonjol, ia kemudian ditunjuk oleh pemegang saham Itree untuk menempati posisi sebagai Managing Director (jika di Indonesia setara dengan chief executive officer/CEO) perusahaan.