Saat menjadi pemimpin tertinggi itu, bekerja sama dengan mitra bisnis, ia mampu melejitkan pertumbuhan perusahaan.
Hengki tak mau menyebutkan indikator pertumbuhan Itree dalam jumlah dan persentase berdasarkan finansial yang dicatatkan.
Namun, ia menggambarkan salah satu pertumbuhan itu dengan jumlah karyawan.
“Saat saya menerima jabatan sebagai managing director, jumlah karyawan Itree sudah 60 orang. Puji syukur, bersama dengan tim, saya mampu memimpin perusahaan menjadi sekitar 100 orang,” terangnya.
Hengki memang bukan pendiri Itree. Ia mulai masuk sebagai karyawan biasa pada 1998 ketika perusahaan baru memiliki tiga orang staf.
Ia pun bergabung bukan berarti ingin meniti karier secara serius, melainkan hanya untuk menutupi biaya hidup sebagai mahasiswa “perantauan”.
Pada 2004, ketika sedang berada di puncak karier, Hengki diminta saudaranya untuk kembali ke Surabaya.
Pasalnya, ia diharapkan bergabung dengan perusahaan yang sedang dibangun oleh saudaranya itu. Lagi-lagi dilema itu datang.
Tawaran tersebut disampaikan kepada pemegang saham Itree. Bukannya disetujui, mereka justru menawari Hengki untuk turut memiliki perusahaan. Daripada kehilangan, mereka mengajak saya membeli saham dan bergabung menjadi pemegang saham perusahaan.
Alhasil, Hengki memutuskan untuk tetap tinggal di Wollongong dan tak jadi kembali ke kampung halamannya.
Ia setuju membeli saham tempatnya bekerja dan menjadi 1 dari 4 pemegang saham Itree.
Turut memiliki Itree rupanya belum cukup bagi Hengki.
Obsesinya untuk mendirikan perusahaan sendiri tetaplah besar sehinggga mulai Agustus 2017 ia memilih hanya bertindak sebagai direktur dan pemegang saham, bukan managing director lagi, demi membesarkan dua perusahaan rintisan (startup), yaitu Accelerion dan Dayspring Care, yang dikembangkannya.
Accelerion diambil dari kata accelerate, acceleration, accelerating, atau akselerasi, istilah yang sering digunakan dalam dunia startup.