Digitalisasi dan pertukaran data (big data) di pabrik dan keseluruhan lini produksi harus diperhatikan oleh pelaku industri makanan dan minuman agar dapat memenangkan persaingan masa depan.
“Hal tersebut merupakan cara cerdas dalam penggunaan teknologi digital untuk melakukan efisiensi dan menekan biaya operasional di pabrik, serta meminimalkan downtime (kerusakan mesin) dan meningkatkan kualitas serta profitabilitas,” kata Paolo.
Tetra Pak Indonesia juga menerapkan prinsip bisnis ekonomi melingkar (circular economy) dimana kemasan produk yang digunakan akan dikumpulkan, dipilah, disortir, dan diolah menjadi produk daur ulang yang memiliki nilai guna tambahan.
Secara global, Tetra Pak telah memiliki komitmen jangka panjang untuk mendaur ulang kemasan karton. Sedangkan di Indonesia, pada 2017 lebih dari 100 ribu atap dan partisi rumah telah dibuat dari bahan hasil daur ulang dari Kemasan karton Tetra Pak.
Produk daur ulang ini juga digunakan untuk membuat bahan furnitur dan kertas daur ulang. Dalam 2 tahun terakhir lebih dari 50.000 anak sekolah telah di edukasi mengenai pentingnya pemilahan dan daur ulang sampah kemasan.
Terkait bahan baku terbarukan, Tetra Pak menggunakan bahan karton kemasan yang berasal dari kertas dan bahkan tebu (bahan baku terbarukan) sebagai pengganti material plastik untuk tutup kemasan.
Bahan kemasan karton Tetra Pak juga berasal dari hutan yang disertifikasi oleh Forest Stewardship Council ™ (FSC ™), badan sertifikasi global yang memastikan bahwa bahan Kemasan Tetra Pak diambil dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab, salah satunya melalui penanaman kembali pohon setelah ditebang.