Menurut Mukhlis lagi, barang-barang olahan dari limbah itu punya pasar tersendiri. Harga barang tak hanya ditentukan oleh tenaga dan bahan baku, juga oleh simpati para anggota green community itu terhadap upaya konservasi lingkungan. Karya yang keluar dari rumah Tri mendapat apresiasi.
Kiprah Tri Sugiarti dimulai dari 2013. Mula-mula dia bekerja sendiri.
Perlahan, usahanya semakin besar. Lebih banyak pesanan datang. Kedua orang tuanya pun dilibatkan membantu, bahkan tetangga kanan kiri pun kini ikut membantu Tri untuk memilin kertas membuat semacam batang lentur seperti rotan yang menjadi inti struktur karya kerajinan manik-manik milik Tri.
“Saya memulai usaha ini setelah mengikuti pelatihan dan denganmodal pinjaman 300 ribu dari PKK. Bagi saya ada ide, langsung eksekusi,” kata Tri.
Semakin banyak orang-orang seperti Tri Sugiarti ini terjun mengolah limbah dan membuat karya, berarti berkurang penggunaan bahan alam untuk keperluan yang sama.
Di sinilah peran Tri Sugiarti. Sedikit atau banyak ia ikut membatasi eksploitasi alam.
Atas nama Kemenko PMK, Mukhlis menyampaikan apresiasinya kepada perajin limbah seperti Tri Sugiarti.
“Sosok seperti Tri Sugiarti ini bisa menjadi model untuk Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang bersandar pada nilai keutamaan etos kerja, integritas dan gotong royong. Ada pun tujuan GNRM itu sendiri adalah mendorong perubahan ke arah Indonesia yang lebih bersih, Indonesia Tertib, Indonesia Bersatu, Mandiri dan Melayani,” kata Mukhlis yang pernah menjabat sebagai Direktur Utama LKBN Antara ini.
Tri Sugiarti dipandang sebagai kaum perempuan yang telah mengubah pola berfikir dan pola bertindaknya dengan langkah berani, yakni menyulap limbah koran menjadi barang berguna yang diperlukan orang lain.
"Dia telah masuk dalam gerakan Indonesia Bersih dan Indonesia Mandiri,’’ kata Mukhlis lagi.(Willy Widianto)