TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan asuransi jiwa PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) meraih pertumbuhan signifikan selama 2018. Hal itu cukup mengejutkan di tengah kondisi perekonomian nasional pada 2018 yang penuh tantangan.
“Kami menyadari tahun 2018 penuh tantangan, namun kami berhasil melewatinya dengan baik dan mempertahankan posisi kami sebagai perusahaan asuransi terkemuka di pasar. Ini bukti komitmen kami dalam mengedepankan kepentingan nasabah serta memberikan layanan yang baik dan inovasi di tahun 2018,” kata Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Manulife Indonesia, Jonathan Hekster dalam jumpa pers paparan kinerja Manulife Indonesia di Jakarta, Kamis (16/5/2019).
Hadir pada kesempatan itu sejumlah jajaran manajemen Manulife Indonesia dan Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI).
Hekster menjelaskan, posisi kinerja yang kuat selama 2018 itu terlihat dari laba tahun berjalan yang tumbuh 170 persen dari tahun 2017 menjadi Rp 2,6 triliun.
Hasil positif itu disebabkan pertumbuhan pendapatan premi bersih, beban perusahaan yang lebih rendah, dan pergerakan suku bunga selama 2018 itu.
Pendapatan premi bersih meningkat 4 persen menjadi Rp 9,2 triliun. Selain itu, kata Hekster, jumlah ekuitas juga menguat sebesar 4 persen menjadi Rp 11,5 triliun. Padahal, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2017 dan 2018, ekuitas pasar asuransi secara keseluruhan menurun 18 persen.
“Hasil ini semakin memperkuat posisi Manulife Indonesia sebagai salah satu perusahaan asuransi terpercaya serta dapat diandalkan di industri,” tutur Hekster.
Kinerja bisnis Manulife Indonesia yang kuat itu cukup mengejutkan di saat kondisi industri asuransi jiwa tengah mengalami perlambatan.
Akhir Februari lalu, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebutkan, pendapatan premi industri asuransi jiwa sepanjang 2018 merosot 5 persen dari Rp 195,72 triliun pada 2017 menjadi Rp 185,88 triliun.
Total premi bisnis baru tercatat Rp 117,38 triliun pada 2018, sedangkan 2017 jumlahnya Rp 127,88 triliun.
Penurunan pendapatan premi diduga karena minat masyarakat membeli produk asuransi tak sebesar tahun-tahun sebelumnya.
Ketua Bersama AAJI Maryoso Sumaryono mengakui, penurunan minat masyarakat terhadap produk asuransi dipengaruhi pengetahuan mereka mengenai asuransi. Makanya, masih diperlukan sosialisasi demi menumbuhkan literasi keuangan di masyarakat khususnya terkait produk proteksi asuransi jiwa.
Direktur and Chief Marketing Manulife, Novita Rumngangun menjelaskan, Manulife selalu mengutamakan kepentingan nasabah terlebih dulu, termasuk dalam membayar klaim.
Hal inilah yang menjadi kekuatan Manulife untuk mampu bersaing di tengah ketatnya persaingan industri asuransi nasional saat ini.