TRIBUNNEWS.COM -- Princeton Digital Group (PDG), investor, pengembang dan operator infrastruktur internet berbasis di Singapura mengakuisisi 70 persen kepemilikan pada portofolio bisnis layanan Data Center PT XL Axiata Tbk (XL Axiata).
XL Axiata memiliki lima Data Center berkualitas tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Joint Venture atau perusahaan patungan, yang dinamakan Princeton Digital Group Data Centres, akan mendukung eksistensi strategis PDG di Indonesia sebagai negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2025.
Perusahaan Joint Venture ini akan menjadi operator Data Center dengan kemampuan bertumbuh secara signifikan untuk melayani perusahaan hyperscalers, unicorn domestik, korporasi, dan perusahaan telekomunikasi.
Baca: Ada Dugaan Pemalsuan Dokumen, Polisi Amankan 31 Wanita Asal Sumba dan Rote yang Akan Dijadikan TKW
Baca: Bertemu Ibu yang Bertengkar di Stasiun MRT, Tompi Tertawa Dengar Pemicu Saling Dorong
Baca: Suhendra Hadikuntono: Komite Perubahan Sepakbola Nasional Dukung Inpres Nomor 3 Tahun 2019
"Dengan investasi lanjutan tersebut Joint Venture ini akan menjadi pemimpin pasar di Indonesia serta salah satu operator Data Center terbesar di Asia Tenggara.
Bagi PDG, tujuan kami jelas untuk meningkatkan kompetensi mumpuni dalam infrastruktur internet global guna membangun portofolio pan-Asian multi-billion digital infrastructure.
Pengumuman hari ini adalah langkah penting untuk mencapai tujuan tersebut," kata Rangu Salgame, Chairman dan CEO, Princeton Digital Group dalam keterangan persnya.
Dian Siswarini, Presiden Direktur dan CEO, XL Axiata mengatakan, dikombinasikan dengan keahlian dan pengalaman yang luas dari tim PDG di bidang telekomunikasi dan teknologi global, menjadikan entitas baru ini.
"Sebagai mitra pilihan untuk para penyedia layanan digital berskala besar dan perusahaan multinasional yang secara pesat memperluas operasi mereka di Indonesia dan di kawasan Asia," kata Dian Siswarini.
Disebutkan, ekonomi digital Indonesia akan mendominasi Asia Tenggara pada tahun 2025 seiring meningkatnya nilai pasar (market value) sebanyak 3x lipat mencapai US $ 100 miliar dari sebelumnya $ 27 miliar pada tahun 2018 (Google-Temasek) [2]. Penyedia layanan public cloud global seperti Alibaba Cloud, Amazon Web Services, dan Google Cloud telah membangun beberapa hub strategis di pasar.
Data Centre adalah tulang punggung pertumbuhan fenomenal ini. Di seluruh Asia Tenggara, pasar layanan Data Centre akan mengalami kemajuan besar dengan lebih dari dua kali lipat nilainya dalam empat tahun ke depan. Menurut Technavio, pasar layanan Data Centre di wilayah ini akan tumbuh stabil pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sekitar 14% selama periode 2017 hingga 2021[3].