TRIBUNNEWS.COM - Pada Rabu (22/1/202) lalu, PT Garuda Indonesia memiliki Direktur Utama baru.
Ya, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Irfan Setiaputra resmi ditetapkan sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia.
Irfan menggantikan Ari Askhara yang dipecat karena kasus penyelundupan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton di dalam pesawat Garuda.
Ia merupakan lulusan Sarjana Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung angkatan 1989.
Tak hanya berkarier di perusahaan swasta, Irfan juga pernah berkarier di BUMN sebagai Direktur Utama PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI), 2009.
Ia kemudian berkarier di berbagai perusahaan dan terakhir sebagai CEO Sigfox Indonesia yang merupakan perusahaan pengelola jaringan internet of Things sejak Februari 2019 lalu.
Kini, tugas Irfan tentu tidak ringan karena harus memperbaiki citra Garuda setelah tercemar oleh kasus penyelundupan.
Sebagai pejabat publik, Irfan dituntut untuk transparan soal harta kekayaan.
Pada bulan November 2019 lalu, Menteri BUMN Erick Thohir juga meminta agar para bos BUMN tidak bergaya hidup mewah.
Tentunya, imbauan itu juga berlaku untuk Irfan setelah ia menjabat sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia.
Lantas berapakah harta kekayaan Irfan?
Belum diketahui pasti berapa harta kekayaan Irfan.
Irfan melaporkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) terakhir pada 2012 saat menjabat sebagai Direktur Utama PT INTI yang merupakan perusahaan BUMN.
Dikutip dari laman e-LHKPN KPK, kala itu kekayaan Irfan sebesar tiga miliar lebih, tepatnya sebesar Rp.3.417.759.510.
Harta itu meliputi sejumlah tanah dan bangunan, mobil, logam mulai dan sejumlah harta lainnya.
Berikut rincian harta kekayaan Irfan pada 2012:
TANAH DAN BANGUNAN
1. Tanah & Bangunan seluas 352 m2 & 224 m2, di Kota DEPOK, yang berasal dari HASIL SENDIRI, perolehan tahun 2000 Rp. 738.048.000
2. Tanah & Bangunan seluas 200 m2 & 143 m2, di Kota DEPOK Rp. 510.824.000
KENDARAAN
1. Mobil, merk MERCEDES BENZ A150, tahun pembuatan 2007, yang berasal dari HASIL SENDIRI, perolehan tahun 2007 Rp. 150.000.000
2. Mobil, merk TOYOTA VELLFIRE, tahun pembuatan 2011, yang berasal dari HASIL SENDIRI, perolehan tahun 2011 Rp. 740.000.000
HARTA BERGERAK LAINNYA
1. LOGAM MULIA, yang berasal dari HASIL SENDIRI, perolehan dari tahun 1991 sampai dengan 2009 Rp. 265.246.500
2. BENDA BERGERAK LAINNYA, yang berasal dari HASIL SENDIRI, perolehan dari tahun 1990 sampai dengan 2009 Rp. 155.000.000
GIRO DAN SETARA KAS Rp. 637.550.187, USD 64.429
1. Yang berasal dari HASIL SENDIRI (Penambahan Data Harta Kekayaan, Penghapusan Data Karena Dikonsumsi, Perubahan Data Karena Penambahan/Pengurangan) Rp. 637.550.187, USD 64.429
2. Yang berasal dari HIBAH (Penghapusan Data Karena Dikonsumsi) Rp. 759.804.738
PIUTANG Rp. 20.000.000
1. Piutang dalam bentuk PINJAMAN UANG (Penghapusan atas data dilaporkan sebelumnya karena lunas) Rp. 20.000.000
TOTAL HARTA
Rp. 3.216.668.687
USD 64.429
HUTANG Rp. 443.199.177
1. Hutang dalam bentuk PINJAMAN UANG (Penambahan Hutang baru) Rp. 419.752.800
2. Hutang dalam bentuk KARTU KREDIT (Penambahan Hutang baru, Perubahan atas data yang dilaporkan sebelumnya) Rp. 23.446.377
TOTAL HARTA KEKAYAAN
Rp. 2.773.469.510
USD 64.429
Profil Irfan Setiaputra, Pernah Mundur dari BUMN karena Gaji Kecil
Irfan lahir di Jakarta, 20 Oktober 1964.
Ia merupakan lulusan Sarjana Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung angkatan 1989.
Tak hanya berkarier di perusahaan swasta, Irfan juga pernah berkarier di BUMN sebagai Direktur Utama PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI), 2009.
Ia dipilih langsung oleh Menteri BUMN saat itu, Sofyan Djalil.
Namun, setelah tiga tahun menjabat, Irfan memutuskan untuk mengundurkan diri lantaran upah yang ia terima terlalu kecil dibandingkan dengan jabatan sebelumnya.
"Saya ingin membereskan kondisi keuangan saya yang sudah menipis."
"Soalnya gaji saya di PT Inti turun di atas 50 persen dibanding gaji sebelum masuk perusahaan BUMN," terang Irfan selepas konferensi pers di Kementerian BUMN Jakarta, Senin (30/7/2012), dilansir Kompas.com.
Saat itu, Irfan menjelaskan sebenarnya ia tidak pernah mempermasalahkan gaji.
Namun, lanjut Irfan, kondisi tabungan yang menipis membuat ia memilih mencari pekerjaan lain.
"Sebagai BUMN kecil, gaji dan tantiemnya tidak besar. Tapi saya tidak pernah keberatan dengan gaji."
"Namun kalau tabungan saya menipis, boleh dong saya cari yang lebih baik lagi," ujar Irfan.
Surat pengunduruan dirinya itu diterima langsung oleh Menteri BUMN saat itu, Dahlan Iskan.
Seusai berkarier di perusahaan pelat merah, Irfan lantas melanjutkan kariernya di sejumlah perusahaan swasta.
Irfan lalu berkarier di PT Titan Mining Indoensia dari Agustus 2012 hingga Juni 2014.
Setelahnya, Irfan lalu menjadi CEO PT Cipta Kridatama pada Juli 2014 hingga Mei 2017.
Tak berhenti di situ, Irfan juga pernah diangkat sebagai COO di ABM Investama Tbk PT (ABMM) dari Mei 2015 hingga Mei 2016.
Selain itu, Irfan juga menjadi President Director & CEO Reswara Minergi Hartama pada Mei 2017 hingga Desember 2017.
Irfan juga pernah menjabat sebagai CEO Sigfox Indonesia yang merupakan perusahaan pengelola jaringan internet of Things sejak Februari 2019 lalu.
Sebelum ditunjuk menjadi Diektur Utama Garuda Indoensia, Irfan mengaku telah beberapa kali bertemu dengan Menteri BUMN Erick Thohir.
Sebagai informasi, selain posisi direktur utama, jajaran direksi Garuda Indonesia juga mengalami perombakan.
Para pemegang saham Garuda Indonesia menunjuk Dony Oskaria menjadi wakil direktur utama.
Fuad Rizal ditunjuk menjadi Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko.
Tumpal Manumpak Hutapea ditunjuk menjadi Direktur Operasi.
Aryaperwira Adileksana ditunjuk menjadi direktur human kapital.
Rahmat Hanafi menjadi Direktur Teknik Garuda.
Ade R Susardi menjadi Direktur Layanan, Pengembangan Usaha, dan IT.
M Rizal Pahlevi menjadi Direktur Niaga dan Kargo.
(Tribunnews.com/Daryono/Nanda Lusiana Saputri/Ria Anatasia/Pravitri Retno)