Apalagi kalau di-refund dalam bentuk saldo kredit yang enggak bisa dicairkan. Ya namanya lagi kondisi wabah Covid-19 dan PSBB begini.
Saya dulu pernah mengadapi customer nangis-nangis karena terkena musibah, eh tahu-tahu flight dibatalin dan dia butuh uangnya untuk cari moda transportasi lain, sedangkan uangnya masih ketahan di proses refund maskapai.
Pengin ikut nangis rasanya!
Dalam kondisi tersebut, kita akhirnya talangin, karena simpati, dan kita lakukan atas risiko kita sendiri.
Kalau refund-nya ditolak (bukannya enggak pernah ya!), ya kudu jual 20 tiket lagi buat nutup kerugiannya!
Ada baiknya maskapai dan travel agent menyeleksi kasus-kasus refund mana yang layak diberikan cash (misal beli tiket karena musibah), dan yang memang beli tiket untuk sekedar jalan-jalan bisa pakai travel voucher.
Buat customer juga bisa lebih mengerti kalau refund-nya jadi lebih lama.
Di akhir utas, ia mengimbau para konsumen agar lebih bersabar dalam menghadapi situasi mumet perkara refund yang diakibatkan oleh pandemi ini.
Sebab, saat wabah ini berakhir, tentunya konsumen juga tidak ingin harga tiket pesawat semakin mahal, pilihan jenis akomodasi semakin terbatas dan kemudahan pemesanan tiket makin sulit akibat banyak bisnis yang gulung tikar, baik agent travel, maskapai, maupun hotel.
Gerry juga memperkirakan sektor pariwisata akan kehilangan pendapatan sekitar US$10 miliar tahun ini. (CC)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Harus Menunggu Lama Saat Ingin Refund Tiket Pesawat? Ini Alasannya