Untuk memperkuat pasar domestik, Enggar meminta pemerintah memerhatikan pasokan komoditas dasar serta dukungan terhadap usaha kecil dan menengah.
“Bahan pokok harus diperhatikan. Dalam kondisi seperti ini, kelangkaan bahan pokok tidak boleh terjadi. Distribusi harus lancar, tentu dengan harga yang wajar,” katanya.
Menjaga harga, menurut Enggar, adalah keharusan. Pandemi membuat daya beli masyarakat turun. Padahal, konsumsi domestik adalah penopang utama ekonomi Indonesia. Kalau dalam kondisi seperti ini harga sembako tidak stabil, maka sulit berharap ekonomi Indonesia bisa bangkit.
“Menjaga harga itu harus dibarengi juga dengan menjaga daya beli. APBN kita harus diarahkan pada berbagai proyek padat karya di daerah. Itu harus. Tanpa itu sulit. Walaupun dari sisi penerimaan negara dari proyek itu sangat terbatas. Tetapi dari sisi menjaga daya beli itu sangat membantu,” kata Enggar.
Enggar mengatakan, langkah-langkah pemerintah dalam menahan daya beli untuk menjaga konsumsi, menjaga pasar domestik dan pasar ekspor, semua itu harus dibuat dalam satu sikap kebijakan yang padu dan rencana strategis yang terperinci. Jika itu dilakukan, Enggar optimistis ekonomi Indonesia akan bertahan dengan baik di tengah terpaan pandemi.
“Ada kutipan yang sesuai dengan ini, ‘hope is good, but hope is not a strategy’. Jadi semua langkah harus padu, satu kesatuan dalam sikap dan arah kebijakan yang jelas dan rinci,” kata Enggartiasto Lukita.
Enggartiasto Lukita mengingatkan pesan yang selalu disampaikan oleh Presiden Jokowi, agar kita harus selalu optimis dan di setiap persoalan pasti ada peluang.
Enggartiasto Lukita mengajak para entrepreneur untuk terus berusaha dan berupaya melakukan terobosan serta memanfaatkan peluang.