News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Soal Restrukturisasi, Begini Penjelasan Dirut Pertamina

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina menegaskan bahwa restrukturisasi yang dilakukan perusahaan untuk kebutuhan bisnis kedepan yang semakin menantang dan juga menjawab kebutuhan energi masa depan. Maka dari itu dibentuklah Subholding yang kini sudah berjalan dengan baik.

Yakni, terdapat lima subholding yang telah dibentuk, yakni upstream subholding yang operasionalnya dipegang PT Pertamina Hulu Energi, gas subholding (PT Perusahaan Gas Negara), refinery and pe­trochemical subholding (PT Kilang Pertamina Internasional).

Power and NRE subholding (PT Pertamina Power Indonesia), dan commercial and trading subholding (PT Patra Niaga). Sementara itu, operasional shipping company dipegang PT Pertamina International Shipping.

Baca: Pertamina Jadikan Kilang Cilacap untuk Produksi Avtur dari 100 Persen Kelapa Sawit

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, bahwa Pertamina saat ini bisnisnya bergerak dari hulu ke hilir, pengembangan petrokimia sampai dengan pengembangan electric vehicle. Maka dari itu, perusahaan perlu melakukan restrukturiasi aset Pertamina yang ada saat ini.

"Bukan karena saat itu RUPS kami melakukan restrukturisasi, ini sudah lama dipikirkan dan untuk menjawab tantangan bisnis ke depan," kata dia, dalam diskusi virtual, hari ini.

Tentu saja dalam membuat organisasi baru, Pertamina melakukan banchmark terhadap perusahaan global yang saat ini sedang menghadapi megatren global di bidang energi, yakni juga dialami oleh Chevron, ExxonMobil, dan ConocoPhilips. Ketiga perusahaan global itu membagi tiga fokus yang kemudian juga menjadi dasar Pertamina menetapkan strategic planning.

Pertama, strategi bagaimana mengelola cureent revenue generator, kedua bagaimana mengelola new revenue generator, dan ketiga adalah future revenue generator.

"Kalau kita lihat ketiga perusahaan itu, mereka fokus di realokasi capital expenditure itu ke program-program atau proyek yang menghasilkan return di jangka pendek, dan juga tetap di konvensional proyek jangka panjang dengan return yang masih baik," ujar Nicke.

Dia mengatakan bahwa Chevron saat ini masih memandang bahwa minyak adalah masa depan apalagi shale gas yang mereka miliki masih melimpah. Sementara untuk perusahaan migas di Eropa misalnya Eni Spa, perusahaan itu fokus ke Green Energy, untuk bisnis New adalah Deep Water yakni lebih ke LNG. Selain itu juga mereka mulai melakukan pengembangan dan akuisisi.

Lalu, untuk Shell, BP, dan Total juga mengarah ke Green Energy tetapi perusahaan ini memang kuat di teknologi, sehingga seluruh asetnya menggunakan teknologi dalam operasional, lalu untuk bisnis di hulu ketiganya masih mengandalkan gas. "Dari semua ini kemudian bagiamana dengan Pertamina?" kata Nicke.

Dia mengatakan, dengan resources yang dimiliki Indonesia maka secara strategi jangka panjang akan mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimiliki Indonesia, sedangkan market sebagai backbone pertumbuhan kedepan.

Dengan mengadopsi startegi dari tiga perusahaan global Amerika Serikat itu, ada tiga agenda besar yang tengah dilakukan Pertamina, yakni pertama, meningkatkan kapasitas di hulu, refanery, gas, dan lainnya

Kedua untuk new revenue, Pertamina akan meningkatkan kapasitas kilang petrokimia yang high return, contoh dua hari yang lalu Pertamina bekerjasama dengan Kimia Farma untuk masuk mengembangkan industri farmasi khususnya untuk obat-obatan. "Jadi katalis dan inovasi pengembangan portofolio baru akan dilakukan di Kilang Cilacap untuk bahan baku obat-obatan," kata dia.

Ketiga, Indonesiua memiliki sumber daya yang besar dan sawit bisa dijakan bahan bakar, apalagi Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai new energy bisa menjadi subtitusi impor.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini