Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan telah memiliki model bisnis bagi koperasi pangan untuk masuk dalam skala bisnis korporasi.
Menkop meniru negara maju seperti Belanda, New Zealand, dan Australia yang wadah koperasi pangan dilakukan dalam bentuk korporasi.
“Kelebihannya, keuntungan semua usaha tani dinikmati oleh seluruh anggotanya. Koperasi juga harus mengembangkan digitalisasi agar saat masuk dalam skala bisnis ekonomi, tidak kalah dengan korporasi,” Kamis (1/10/2020).
Menkop berharap model bisnis ini bisa diadopsi oleh Koperasi Perjuangan Usaha Tani, di Jombang, Jawa Timur.
Koperasi ini merupakan transformasi dari Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Sugihwaras, Jombang.
Baca: Soleman Kehilangan Uang Rp 473 Juta, Tertipu Kenalannya di Medsos Berkedok Koperasi Simpan Pinjam
Teten menuturkan, Presiden Jokowi kerap mengingatkan agar kelembagaan koperasi diperkuat, salah satunya pada koperasi pangan.
“Koperasi ini sekarang mengelola 200 hektare lahan dengan 100 anggota, ini sudah cukup luas, walaupun bisa dikembangkan hingga 1000 hektare. Karena untuk membangun kelembagaan usaha koperasi ini agar semakin kuat, idealnya mencapai 1000ha," kata Teten.
Baca: LPS Koperasi Didorong Masuk RUU Cipta Kerja
KemenkopUKM bersama dengan Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) sudah memiliki bisnis model untuk koperasi pangan dalam pengembangan usaha, modernisasi dan memperluas usaha.
Menurutnya model bisnis ini akan melindungi petani dari permainan harga.
Karena itu koperasi harus diperkuat pembiayaannya untuk dapat menyerap produksi petani dan membantu pemberian modal petani, serta memperkuat investasi untuk pengembangan RMU (Rice Milling Unit) atau mesin penggilingan padi modern.