Diskusi ILC Asia hari ini juga membahas konteks membangun sistem pangan yang berkelanjutan, tangguh dan inklusif.
Tak ketinggalan, ILC Asia juga menyoroti tentang meningkatnya gelombang perampasan tanah di Asia saat lockdown akibat pandemi.
Perwakilan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) di Indonesia, Ferry Widodo menjelaskan bahwa reformasi kebijakan yang lebih kuat harus dilaksanakan dari skala daerah hingga nasional untuk mengurangi konflik lahan di wilayah.
"Sampai saat ini, perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia belum mengungkapkan resolusi kepada masyarakat dan keluarga petani secara terbuka, sehingga kita perlu melakukan tindakan untuk melawan isu perampasan tanah yang kini terjadi," tambah Ferry.
Selanjutnya, diskusi ini juga membahas peran komunitas pastoral atau peternak yang nomaden, juga masyarakat adat dalam mengedepankan sistem pangan yang tangguh.
Perwakilan MARAG India, Dinesh Rabari menekankan bahwa kita perlu mengakui peran komunitas pastoral yang esensial untuk memenuhi ketahanan pangan karena mereka juga merupakan produsen makanan.
"Ketahanan pangan hanya akan dapat dicapai ketika komunitas pastoral dapat diperbolehkan untuk menjalankan gaya hidup nomaden mereka dan dilindungi oleh pemerintah India," jelas Dinesh.
Kaum peternak dan pastoral di negara-negara Asia Selatan seperti India seringkali disalahkan karena menyumbang emisi karbon melalui gas metana dari ternak.
Melalui Asia Land Forum 2020, ILC berkomitmen untuk menghasilkan dan mengembangkan rencana aksi dan inisiatif di antara anggota dan pemangku kepentingan untuk melindungi para pembela hak atas tanah guna mencapai sistem pangan yang lebih berkelanjutan, tangguh dan inklusif.
Foto : Istimewa. Asia Land Forum 2020.