TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Karbani, seorang pedagang kedelai di Pasar Kopti, Kalideres, Jakarta Barat mengalami kerugian besar di tengah melonjaknya harga kedelai.
70 persen pembeli bahan baku tahu dan tempe raib beberapa bulan terakhir.
Karbani yang kini sedang gelisah mengaku tidak tahu apa penyebab harga kedelai impor naik.
"Saya tidak tahu kenapa harga kedelai naik, tapi tentu ini membuat gelisah," ucap Karbani kepada Tribun Network ditemui di tokonya, Jakarta, Kamis (7/1/2021).
Karbani menjual kedelai asal Amerika Serikat, merk-nya Bola Kedelai USA No 1.
Distribusi kedelai impor itu diperoleh Karbani dari seorang tengkulak yang enggan disebutkan namanya.
Toko Karbani mematok harga mulai dari Rp 910 ribu - Rp 920 ribu per kwintal untuk dijual ke perajin tempe dan tahu.
Karbani mengambil kedelai dari tengkulak senilai Rp 700 ribu per kwintal.
Sekadar informasi, per kwintal kedelai bobotnya 100 kilogram.
Biasanya 100 kilogram kedelai dimasukkan ke dalam dua karung, masing-masing bobotnya 50 kilogram.
Sementara harga kedelai impor per kilogram di kisaran Rp 9.100 - Rp 9.300.
Penentuan harga itu bergantung pada tengkulak mana penjual kedelai itu membeli, jauhnya proses distribusi, hingga besaran uang yang dikeluarkan oleh pedagang untuk mengelola pasokan kedelainya.
"Harga sekarang Rp 8.900 dari bos. Sebelum ada kenaikan harganya Rp 7.000. Saya jual Rp 9.100. Harga 1 kuintal Rp 910 ribu sampai Rp 920 ribu," jelas Karbani.
Karbani yang berjualan kedelai sejak tahun 2001 mengakui bahwa tokonya kini mematok harga yang cukup tinggi.
Harga kedelai yang tinggi, kata Karbani, menuai kemarahan dari para perajin tempe dan tahu.