Para perajin tahu dan tempe mengeluhkan kini tidak bisa lagi memperoleh keuntungan.
Antara jumlah pengeluaran dan penjualan kini tidak lagi sepadan atau istilahnya 'lebih besar pasak daripada tiang.'
"Keluhan perajin tempe ya marah, cuma tidak bisa ngomong. Saya juga merugi, pembeli turun drastis, turun 50-70 persen," jelas Karbani.
Baca juga: Pengrajin Tahu Tempe Mogok, Wakil Ketua MPR RI: Pemerintah Harus Intervensi Pasar
"Saya marah juga, tapi mau gimana. Emang kenyataannya kedelai mahal mau ngomong apa? Mau protes juga protes sama siapa, yang punya kedelai siapa? Orang-orang atas. Jadi kita tidak bisa ngomong," beber dia.
Sebelum mengalami kenaikan, harga kedelai per kilogram berada di level Rp 7 ribu. Harga pasaran yang kini mencapai Rp 9.100 - Rp 9.300 membuat perajin tempe dan tahu banyak mogok.
Karbani mengharapkan ada pembenahan atas lonjakan harga kedelai yang sebabkan ketidakstabilan di pasaran.
"Yang jelas harga kedelai harus stabil. Paling enggak biar bisa kita bagi paling enggak Rp 8.000," tegas Karbani.
Harga Tahu Naik 20 Persen
Abu Azis (25), seorang perajin tahun dan tempe di Pasar Kopti, Kalideres, Jakarta Barat menaikkan harga seluruh jenis tahu yang dijualnya hingga 20 persen.
Yakni tahu putih, tahu goreng, tahu kuning dan tahu pong.
Harga tahu di toko Abu kini mencapai Rp 900 per buah.
Kenaikan harga seiring melonjaknya harga kedelai impor di pasaran.
Menaikkan harga, jelas Abu, bukan berarti mengurangi ukuran tahu yang dijualnya.
"Ukurannya tidak berubah, hanya sekarang harga tahu sudah kita naikkan sekitar 25 persen," ucap Abu kemarin.