Beberapa perusahaan justru memilih menggunakan return yang didapat untuk mengembangkan bisnisnya.
Jika dibandingkan dengan tiga jenis investasi sebelumnya, risiko investasi saham terbilang yang paling tinggi.
5. Reksadana
Reksadana adalah sebuah instrumen investasi di mana dana dari beberapa investor dikumpulkan menjadi satu untuk kemudian diinvestasikan ke instrumen-instrumen investasi yang ada di pasar modal.
Reksadana sendiri terbagi menjadi 5 jenis.
Kelima jenis reksadana ini meliputi reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham, reksadana campuran dan reksadana index.
Setiap jenis reksadana memiliki potensi dan risiko yang berbeda beda.
Untuk risiko terendah ada reksadana pasar uang.
Namun jika ingin membeli reksadana, pastikan untuk memahami profil risiko kamu terlebih dahulu.
6. Peer to Peer Lending
Jenis investasi peer to peer lending tergolong masih cukup baru di Indonesia.
Meski demikian, popularitasnya terus melejit seiring dengan kejelasan hukum dan kemudahan yang ditawarkannya.
Hal ini bisa dilihat dari banyaknya perusahaan fintech lending yang menjalankan model bisnis ini.
Jumlah uang yang berputar dalam investasi peer to peer lending juga terus tumbuh.
Dalam peer to peer lending, pada dasarnya kamu meminjamkan sejumlah uang kepada pihak yang membutuhkan, baik itu individu ataupun badan usaha.
Suku bunga peer to peer lending ini terbilang cukup menarik.
Banyak fintech lending yang menawarkan suku bunga pinjaman mencapai 18% per tahunnya.
Selain itu, kamu juga bisa mulai berinvestasi peer to peer lending mulai dari Rp 100.000 saja.
Investasi merupakan cara terbaik untuk melindungi kekayaan sekaligus meningkatkan jumlahnya.
Namun sebelum mulai berinvestasi, kamu harus menentukan tujuan dari investasi itu sendiri dan memahami profil risiko kamu.
Dari kedua informasi itulah, kamu bisa menentukan jangka waktu dan jenis investasi yang sebaiknya dipilih.
(Tribunnews.com)