Alasannya, akibat disrupsi teknologi digital, program atau rencana bisnis lima tahunan yang disusun perusahaan dapat berubah di tengah jalan.
Bahkan di tengah Covid-19, perusahaan mengubah bisnis model agar tetap relevan dengan kondisi dan perubahan digital yang berlangsung dengan cepat.
Dia menambahkan bahwa yang lebih penting dari itu semua adalah kita harus menyediakan dalam corporate plan itu ruang yang cukup agile untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian.
Digitalisasi memerankan peran penting dalam perubahan bisnis iklim bisnis akhir-akhir ini.
Perusahaan di era dulu yang mampu bertahan hanya dengan kekuatan modal.
Namun, perusahaan saat ini justru mengandalkan big data, membuat aplikasi dan membentuk ekosistem.
“Jadi terminologi trickle down economy sudah kurang relevan. Yang ada masif progresion, yakni pelaku mikro berjejaring dan membentuk market super power,” imbuhnya.