Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai masuknya PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), Tbk sebagai induk Holding Ultra Mikro akan merusak jatidiri PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).
Menurutnya, selama ini nasabah Pegadaian dan PNM merupakan sektor informal yang unbankable, bahkan kedua BUMN itu dapat memberikan pinjaman tanpa agunan.
“Dengan masuknya BRI ke Pegadaian dan PNM itu dikhawatirkan perilakunya berubah menjadi perbankan,” ujar Huda, saat dihubungi, Senin (5/7/2021).
Baca juga: Pengamat: Holding Ultra Mikro Bisa Jadi Solusi Permodalan Usaha Mikro Kecil
Selain itu, Huda mengatakan masuknya BRI pada level ultra mikro dapat merusak persaingan di koperasi. Karena jika hal itu terjadi, maka koperasi akan bersaing dengan perbankan yang memiliki kekuatan modal yang besar.
Sebagai ‘Soko Guru Ekonomi’, Huda menilai lebih baik koperasi yang dikembangkan. Sebab, selain dekat dengan masyarakat, koperasi juga merupakan salah satu ujung tombak untuk meningkatkan pelaku usaha sektor mikro.
Baca juga: Holding Ultra Mikro Segera Terbentuk, PNM Jamin Akses Pendanaan Nasabah Lebih Murah dan Cepat
“Khawatir akan mengganggu ekosistem di koperasi. Sebenarnya kalau menurut saya, lebih baik dikembangkan koperasinya. Karena kan koperasi itu Soko Guru Ekonomi kita. Selain itu koperasi juga sangat dekat dengan masyarakat. Kalau untuk bisa meningkatkan pelaku usaha di sektor mikro, ya koperasi itu salah satu ujung tombaknya. Ini yang harus dijaga,” ujarnya.
Huda pun meminta agar pemerintah melakukan pembagian antara sektor publik dan sektor privat. Sebab untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja, perlu ada peran pelaku usaha swasta.
“Menurut saya harus ada pembagian antara sektor publik dengan sektor privat. Nah, privat inilah yang harus kita tumbuhkan, karena kita tidak bisa mengandalkan pemerintah saja untuk menumbuhkan perekonomian,” pungkasnya.