"Nunggunya terlalu lama karena tidak ada peti kemas yang kosong. Kalaupun ada harus nunggu barengan supaya kapal mau berangkat," tegasnya.
Baca juga: Gangguan Sistem CEISA Bea Cukai Berisiko Menumpuknya Barang di Pelabuhan Tanjung Priok
Sebelum pandemi, dalam sebulan Hasyim bisa mengirim empat peti kemas mebel untuk pasar Eropa. Namun kini, belum tentu dalam sebulan dirinya bisa mengirim satu peti kemas.
Untuk menyiasati mahalnya biaya sewa dan muat kapal, Hasyim mengemas produk dalam bentuk potongan supaya bisa muat banyak,
Alan pengusaha mebel di Kabupaten Jepara ini juga mengeluhkan mahalnya biaya peti kemas.
"Iya betul biaya kontainer sekarang super mahal. Tapi masih diterima oleh buyer. Tergantung kita bagaimana menyiasati mahalnya biaya itu," ucapnya.
Alan masih beruntung karena dalam sebulan dia bisa kirim hingga 3 kontainer produk mebel ke Eropa.
Kapal sedikit
Sementara itu, seorang Costomers Service Export perusahaan forwarding di Semarang, Mayang mengatakan, yang terjadi bukan kelangkaan kontainer.
Melainkan ketersediaan operasional kapal yang hanya sedikit. Kondisi tersebut menjadikan ketersediaan space menjadi susah didapat dan kalaupun ada maka harganya naik 100 persen.
Misal ekspor tujuan ke New York City biasanya 10.000 - 12.000 USD sekarang 22.000 USD. Kapal yang jalan sedikit tapi yang mau ekspor banyak.
"Selain itu kondisi sekarang sistem bea cukai down bikin menghambat biaya operasiobal jadi mahal," imbuhnya.
Mayang mengatakan kebanyakan produk yang dikirim antara lain furnitur, toys, bahan baku pestisida, hingga cosmatic packaging.
Tujuan pengiriman kebanyakan ke negara New York City di Amerika Serikat.
Tanggung Jawab Pemerintah Pusat