Namun untuk perkiraan kontibusi bandara terhadap kinerja GGRM, Kiswoyo mengungkapkan masih perlu melihat kondisi saat bandara beroperasi.
Terhadap saham GGRM, Kiswoyo menyarankan investor lebih baik wait and see terlebih dahulu.
Walau pelemahannya mulai terbatas, saham GGRM sudah melorot cukup dalam sejak awal tahun, hingga 22,32% menjadi Rp 31.850 per saham.
"Masih ada tekanan. Kemungkinan turun 10% hingga 20% lagi masih bisa," imbuhnya.
Kiswoyo mengatakan, saat ini GGRM masih mengandalkan pendapatan dari bisnis rokoknya. Padahal, hingga akhir tahun industri rokok diprediksi akan akan mengalami tekanan.
Investor disarankan wait and see hingga bandara beroperasi. Untuk jangka pendek, GGRM memang kurang menarik.
Namun untuk jangka menengah dan panjang hingga lima tahun, GGRM masih bisa dikoleksi. GGRM Chart by TradingView
Artikel ini tayang di Kontan.co.id dengan judul Gudang Garam (GGRM) bangun bandara, analis sarankan wait and see
Editor: Khomarul Hidayat | Reporter: Kenia Intan