TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dalam waktu dekat ini Indonesia bakalan memiliki dry dam atau bendungan kering.
Kementerian PUPR saat ini tengah membangun dua bendungan kering di Kabuaten Bogor-Jawa Barat.
Direncanakan dua bendungan ini Bendungan Sukamahi dan Bendungan Ciawi selesai pembangunannya dan akan dioperasikan tahun ini.
Baca juga: Awal Perlawanan Warga Wadas Menolak Pembangunan Bendungan, Takut Mata Pencaharian Hilang
Kedua bendungan ini dibangun sebagai upaya merespons risiko bencana hidrometeorologi di Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, Sukamahi dan Ciawi merupakan bendungan yang memang khusus dibangun untuk mengendalikan banjir.
Sebagai bendungan kering, pengoperasinnya akan berbeda dengan bendungan lain.
Dua bendungan ini baru akan digenangi air pada musim hujan. Sementara pada musim kemarau bendungan ini bakal kering.
"Dua bendungan ini tidak akan menampung air, karena air hujan hanya ditampung sementara dan dialirkan sekecil mungkin ke Sungai Ciliwung, sehingga diatur debitnya yang harus mengalir saat musim hujan," kata Basuki dalam keterangan yang dikutip Kompas.com, Selasa (3/8/2021).
Baca juga: Proyek Pembangunan Bendungan Bener, Akar Persoalan Desa Wadas Diserbu Aparat hingga Warga Ditangkap
Lantas, sudah sejauh mana progresnya saat ini? Menjawab hal ini, Direktur Bendungan dan Danau Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR Airlangga Mardjono menuturkan, progres pembangunannya sudah masuk tahap penyelesaian tubuh bendungan.
"Penyelesaian tubuh bendungan, kami rencanakan pertengahan tahun (2022) selesai," terang Airlangga kepada Kompas.com, Rabu (9/2/2022).
Dengan kata lain, progres fisik kedua bendungan secara keseluruhan telah mencapai 80 persen. Sementara, pembebasan lahannya sudah 98 persen.
Nantinya, pengoperasian bendungan akan menggunakan Aplikasi Sistem Manajemen Air Terpadu (SIMADU) Kementerian PUPR.
Baca juga: Mengenal Bendungan Bener, Proyek Pembangunan yang Jadi Akar Persoalan Desa Wadas Diserbu Aparat
Caranya, dengan memanfaatkan data klimatologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menampilkan laporan kejadian banjir atau kekeringan, prakiraan cuaca dan hari tanpa hujan, termasuk prakiraan banjir dan kekeringan.
Untuk Bendungan Sukamahi, pembangunannya dilaksanakan oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Basuki Rahmanta Putra dengan skema kerja sama operasi (KSO) senilai Rp 464,93.
Bendungan ini didesain dengan tipe urugan random inti miring dengan tinggi puncak 55 meter, lebar 9 meter dan panjang 169 meter. Daya tampungnya 1,68 juta meter kubik dan luas area genangan 5,23 hektar dengan manfaat mereduksi banjir sebesar 15,47 meter kubik per detik.
Sementara Bendungan Ciawi dibangun oleh KSO PT Brantas Abipraya (Persero) dan PT SAC Nusantara dengan nilai Rp 798,70 miliar.
Sama dengan Bendungan Sukamahi, Bendungan Ciawi didesain dengan tipe urugan random inti miring dengan tinggi puncak 55 meter, lebar 9 meter dan panjang 334,5 meter.
Bendungan Ciawi bervolume tampung 6,05 juta meter kubik dan luas area genangan 39,40 hektar untuk mereduksi banjir sebesar 111,75 meter kubik per detik.
Dibangunnya Bendungan Ciawi dan Sukamahi diharapkan dapat mengurangi debit banjir di Pintu Air Manggarai sebesar 577,05 meter kubik per detik. (Suhaiela Bahfein)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Melongok Progres Terkini Bendungan Kering Pertama di Indonesia",