Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Malaysia akan banyak merekrut tenaga kerja asing asing di sektor perkebunan kelapa sawit yang akan didatangkan dari luar negeri pada bulan Mei dan Juni.
Upaya itu untuk memacu produksi sawit negeri Jiran dari 18,1 juta ton di tahun 2021 lalu menjadi 20 juta ton tahun ini.
Menanggapi hal itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan, generasi muda bisa cari informasi di situs Kementerian Ketenagakerjaan sebelum masuk pasar tenaga kerja, termasuk di perkebunan sawit.
Kompartemen Regulasi dan Pengupahan Bidang Ketenagakerjaan Gapki Immanuel Manurung mengatakan, mereka yang tertarik bekerja di perkebunan kelapa sawit harus paham jenis pekerjaan itu.
Mereka juga perlu memahami dasar-dasar kontrak kerja terkait hak lembur, jumlah jam kerja, dan hak terkait PHK dan BPJS Ketenagakerjaan.
"Itu harus diketahui baik untuk bekerja di industri sawit dalam negeri maupun luar karena Malaysia juga rekrut tenaga kerja dari luar negaranya," ujarnya dalam talkshow GenSawit Corner: Mengupas Isu Ketenagakerjaan di Sektor Perkebunan Kelapa Sawit di kawasan Thamrin, Jakarta, Senin (28/3/2022).
Kendati demikian, Immanuel tidak menjawab ketika ada pertanyaan apakah Indonesia akan merekrut buruh sawit dari luar negeri juga seperti halnya Malaysia.
Baca juga: Pemerintah Rombak Total Kebijakan Minyak Goreng Sawit Curah
Sementara itu, National Project Coordinator of International Labour Organization (ILO) Yunirwan Gah mengungkapkan, rata-rata penambahan produksi sawit secara umum masih di bawah standar.
"Sempat ada stagnasi produksi karena cuaca, tapi di tahun ini sudah normal. Kita bisa fokus tingkatkan produktivitas dan otomatis ada penambahan tenaga kerja," kata Yunirwan.
Baca juga: Harga Minyak Goreng Dilepas, Mendag Cabut Peraturan DMO Minyak Sawit
petani milenial Ridho Ikhsan mengklaim untuk mencari generasi muda yang ingin terlibat di pertanian sekarang cukup sulit.
"Kita justru kesulitan mencari tenaga kerja karena jual mahal dan dipakai petani lain," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Industri Perkebunan Malaysia pada Selasa (8/3/2022), menyatakan angkatan kerja asing sektor perkebunan kelapa sawit di Malaysia baru bisa didatangkan pada bulan Mei dan Juni.
Penundaan ini dilakukan berbulan-bulan dari rencana awal negara produsen terbesar kedua di dunia itu untuk menambah lebih banyak tenaga kerja awal tahun ini.
CNA melaporkan, kekurangan pekerja asing untuk memanen buah sawit di Malaysia kemungkinan akan membatasi produksi.
Hal ini menambah kekhawatiran global atas pasokan minyak nabati yang terkena dampak perang Rusia-Ukraina dan cuaca buruk di Amerika Selatan.
"Dengan masuknya tenaga kerja asing, saya berharap produksi meningkat dari 18,1 juta ton (tahun lalu) menjadi 20 juta," kata Menteri Zuraida Kamaruddin dalam konferensi industri di Kuala Lumpur.