Ini akan mencakup penekanan pada energi terbarukan dan penyimpanannya, termasuk fleksibilitas dan peningkatan jaringan di masa mendatang.
Tidak boleh ada kemunduran dalam komitmen mengatasi krisis iklim, menghapuskan bahan bakar fosil dan juga gas fosil.
Target ini harus menjadi prioritas utama apabila Lembaga Bank Dunia benar-benar serius ingin menyelaraskan tujuan dengan target dari perjanjian.
Diketahui, Bank Dunia dan cabang sektor privatnya (Korporasi Keuangan Internasional) mempertahankan dukungannya terhadap infrastruktur gas fosil dan gas alam cair melalui pendanaan untuk pembangkit listrik berbahan bakar gas, saluran pipa, dan pabrik regasifikasi gas alam cair di Indonesia, Bangladesh, dan Pakistan.
Baca juga: Bank Mandiri Salurkan Kredit ke Sektor Infrastruktur Sebesar Rp 226,8 Triliun di Kuartal I-2022
Kedua lembaga tersebut bertanggung jawab atas model energi berbasis gas yang tidak berkelanjutan dan mudah menguap di negara-negara ini.
Terdapat sebesar US$379 miliar infrastruktur gas baru yang direncanakan di Asia yang terancam menjadi aset terdampar.
Namun demikian, bangsa-bangsa di dunia mulai beralih dari bahan bakar fosil untuk memenuhi target Perjanjian Paris.
Investasi gas yang terencana di Asia terdiri dari US$189 miliar pembangkit listrik berbahan bakar gas, US$54 miliar saluran pipa gas, dan US$136 miliar terminal ekspor-impor gas alam cair.
Apabila direalisasikan dan dioperasikan dalam kapasitas penuh, seluruh infrastruktur tersebut akan berdampak besar terhadap terjadinya pemanasan global.
Untuk Indonesia sendiri strategi Bank Dunia mendukung akselerasi pemanfaatan gas alam dan biogas.(Willy Widianto)