Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat tren peralihan perusahaan batu bara ke nikel akan meningkat ke depannya.
"Terlepas dari hal tersebut, lagi-lagi Indonesia layaknya ketiban durian runtuh untuk menambah pundi-pundi penerimaan negara dan penyerapan tenaga kerja lebih besar, apabila mampu memanfaatkan kondisi yang ada," ujarnya dalam laporan risetnya, Kamis (12/5/2022).
Dia menilai minat investor di bisnis hilirisasi nikel akan terus meningkat dan hal ini merupakan hal positif yang akan menjadi daya tarik investor.
Ini karena dari potensi sumber daya, Indonesia menduduki posisi pertama di dunia yang memiliki cadangan nikel dan tersebar di Sulawesi dan Maluku.
Nico mengungkapkan, Indonesia memiliki 30 persen dari cadangan nikel dunia atau sebesar 21 juta ton dibanding Filipina, Rusia, dan Perancis.
Baca juga: TNI AL Amankan Kapal Bermuatan Nikel Ilegal di Teluk Lasolo Sulawesi Tenggara
"Tidak heran jika Elon Musk tertarik untuk berinvestasi di Indonesia untuk pabrik Tesla besutannya, yang juga dinilai memberikan katalis positif bagi emiten tambang nikel," katanya.
Baca juga: Kinerja Penjualan Nikel Positif, Saham Antam Dinilai Tetap Prospektif
Selain itu, dia melihat dukungan pemerintah dalam mengembangkan ekosistem baterai mobil terbesar di dunia semakin serius dengan melarang ekspor nikel, bauksit, serta akan diikuti oleh tembaga dan timah pada tahun berikutnya.
Baca juga: Optimalisasi Smelter, Produksi Nikel Diprediksi Naik Signifikan
Mengingat hilirisasi nikel melalui pembangunan smelter sedang digalakan pemerintah, yang lebih memiliki nilai tambah dan multiplier effect ke depannya.
"Sejumlah perusahaan negara yakni PLN, Antam, Inalum, dan Pertamina membentuk Indonesia Battery Corporation (IBC), untuk mendukung upaya pemerintah meningkatkan nilai tambah komoditas mineral yang lebih strategis," ujarnya.