Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah pada tahun ini telah melonggarkan syarat dan ketentuan mudik Idul Fitri 1443 Hijrah.
Dengan adanya pelonggaran aturan tersebut, peningkatan jumlah pemudik naik cukup signifikan serta menjadi momentum untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi, khususnya di berbagai daerah di Indonesia.
Yogyakarta menjadi salah satu daerah yang merasakan efek positif dari adanya pelonggaran mobilitas masyarakat saat periode libur Lebaran 2022.
Baca juga: Angkasa Pura II Layani Angkutan Kargo Sebanyak 41.500 Ton Selama Periode Lebaran 2022
Asisten Sekretaris Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Tri Saktiyana mengatakan, jumlah masyarakat di Provinsi tersebut meningkat 1,3 juta jiwa.
“Jumlah pengunjung dan wisatawan Yogyakarta pada masa libur lebaran meningkat. Yogyakarta ini memang daerah tujuan wisatawan dan sekaligus daerah tujuan mudik,” ujar Tri dalam diskusi secara daring yang bertema ‘Uang Beredar, Ekonomi Berputar’, Selasa (17/5/2022).
“Jadi kalau Lebaran warga Jogja bisa tumbuh jutaan orang, karena para perantau pada pulang,” sambungnya.
Baca juga: Penjualan Mobil Bekas Turun 70 Persen Usai Lebaran: Harga Jualnya Malah Naik
Seiring dengan peningkatan mobilitas di periode tersebut, Tri juga mengungkapkan, kisaran uang yang berputar di Provinsi yang berjuluk Kota Gudeg ini mendekati Rp 2 triliun.
“Dengan bertambahnya penduduk Jogja ketika lebaran ini yang sekitar 1,3 sampai 1,5 juta jiwa, sehingga perputaran uang di Jogja bisa mendekati Rp 2 triliun,” papar Tri.
Pemerintah DIY sebelumnya telah memprediksi terjadinya lonjakan jumlah masyarakat, baik itu pemudik maupun wisatawan.
Sehingga sejak sebelum periode libur Lebaran berlangsung, Pemerintah DIY telah menyiapkan ketersediaan logistik seperti bahan pokok dan juga energi, agar stok tetap tersedia.
“Sebelumnya, kami telah mendapat prediksi kalau Jogja akan didatangi 4,8 juta warga dari luar. Dan kita langsung menyiapkan ketersediaan energi seperti bahan bakar, atau logistik atau sembako,” ujar Tri.
“(Tetapi) yang masuk hanya sekitar 1,3 juta, jadi kami dapat mengatur logistik dan energi dengan baik,” pungkasnya.