TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah diprediksi masih akan bergerak melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pada Senin (13/6/2022). Hal ini seiring dengan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pada Jumat (10/6) yang tetap tinggi.
Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Puteri mengatakan, inflasi AS secara tahunan berada di atas 8,6 % karena imbas kenaikan harga energi. Menurutnya, perkembangan ini dapat menjadi faktor pendorong bagi AS untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya.
"Sementara itu, dari domestik, pelaku pasar akan mengantisipasi data neraca perdagangan yang diprediksi masih akan melanjutkan surplus," kata Reny saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (12/6/2022).
Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana juga mengatakan, sentimen utama pelemahan kurs rupiah terhadap dollar AS kemungkinan berasal dari potensi kenaikan suku bunga acuan The Fed yang kembali agresif.
Baca juga: IHSG Ambruk Minus 1,34 Persen Sepekan, Kapitalisasi Pasar Hangus Rp 137 Triliun
Penyebabnya, data inflasi AS pada Mei 2022 yang dirilis Jumat (10/6) merupakan yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
"Karenanya akan ada kemungkinan flight to quality untuk sementara dari investor global," ucap Fikri.
Baca juga: BI Prediksi Inflasi Juni di Kisaran 0,32 Persen, Cabai Merah hingga Telur Ayam Jadi Penyumbang Utama
Fikri memprediksi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada Senin (13/6) akan berada di kisaran Rp 14.460-Rp 14.680. Sementara Reny memperkirakan, rentang pergerakan nilai rupiah berada di Rp 14.525-Rp 14.595 per dollar AS.
Berdasarkan data RTI, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berada di Rp 14.523 pada akhir perdagangan Jumat (10/6/2022).
Laporan Reporter: Nur Qolbi | Sumber: Kontan