Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Setelah mengalami penurunan tajam pada sesi sebelumnya hingga membuat harga minyak tergelincir lebih dari dua persen, kini harga minyak mentah di pasar global kembali rebound.
Kenaikan ini terjadi pada Kamis pagi (16/6/2022) dimana perdagangan minyak mentah berjangka Brent naik sebesar 0,7 persen, menjadi 119,28 dolar AS per barel pada pukul 0400 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,9 persen menguat diharga 116,33 dolar AS per barrel.
"Secara keseluruhan merupakan sesi yang bergejolak di hampir semua pasar kemarin, namun penurunan harga minyak hanya akan berumur pendek " kata Howie Lee, seorang ekonom di bank OCBC Singapura.
Baca juga: The Fed Naikkan Suku Bunga 75 Basis Poin, Harga Saham Global Melonjak, Bagaimana Dengan IHSG?
Dilansir dari Reuters, penurunan harga pada minyak mentah di pasar global terjadi setelah The Fed mengambil langkah paling agresif dengan menaikkan suku bunganya sebesar 0,75 persen atau 75 basis point.
Hal inilah yang memicu anjloknya indeks dolar AS hingga mempengaruhi perdagangan minyak mentah pada pasar global. Namun setelah adanya pelonggaran pembatasan COVID-19 di China, kini permintaan minyak kembali bangkit hingga mendorong naiknya prospek harga minyak mentah di pasar internasional.
Baca juga: The Fed Naikkan Suku Bunga, Ini Dampaknya ke Asia Termasuk Indonesia, Bagaimana dengan Rupiah?
“Rebound dalam sentimen permintaan China, dan ekspektasi peningkatan musiman dalam permintaan minyak OECD hingga Agustus membuat risiko harga naik hingga kuartal ketiga 2022,” kata Baden Moore, kepala penelitian komoditas di National Australia Bank.
Sebelum adanya peningkatan harga, The Energy Information Administration's (EIA) menyebut bahwa produksi minyak mentah AS sebagian besar mengalami kenaikan tipis sebesar 12 juta barel per hari, dengan harapan agar stoknya dapat memenuhi permintaan masyarakat dunia meski pasar global tengah mengalami instabilitas.