Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BUENOS AIRES - Bank Sentral Argentina menaikkan suku bunga acuannya ke level tertinggi dalam tiga tahun terakhir, Jumat (17/6/2022).
Hal ini terjadi menyusul kenaikan besar-besaran suku bunga Federal Reserve AS (The Fed), dan di tengah upaya Argentina mengatasi inflasi yang melonjak.
Bank Sentral Argentina menaikkan suku bunga acuan Leliq sebesar 300 basis poin menjadi 52 persen.
Ini menjadi kenaikan paling tajam sejak tahun 2019, yang terjadi karena meningkatnya persepsi risiko keuangan, melambungnya harga pangan global dan kebutuhan lainnya yang menyebabkan nilai mata uang peso terpukul keras.
Baca juga: Suku Bunga The Fed Naik, Bank Indonesia Diprediksi Bakal Normalisasi Suku Bunga Acuannya
Kenaikan suku bunga di Argentina terjadi saat bank-bank sentral di seluruh Eropa dan Brasil menaikkan suku bunga dalam beberapa hari terakhir.
Argentina merupakan salah satu negara yang mengalami tingkat inflasi tertinggi secara global. Negara di Amerika Selatan ini menghadapi inflasi tinggi yang berjalan di atas 60 persen.
"Kenaikan suku bunga bertindak terutama dengan mendorong tabungan dalam peso," kata bank sentral Argentina, yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: Melemah, Rupiah di Atas Rp 14.800 per Dolar AS Pada Jumat Pagi
Bank Sentral Argentina menambahkan akan terus mengkalibrasi kebijakan moneter dengan memperhatikan inflasi.
Harga minyak yang melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina, telah mendorong inflasi global yang telah meluas ke kenaikan harga pangan dan kebutuhan lainnya di seluruh dunia.
Argentina sebagai pengekspor biji-bijian utama mencoba membangun kembali cadangan mata uang asing yang terkuras. Banyak yang mengantisipasi inflasi negara ini akan mencapai 70 persen di tahun ini.
Seorang sumber dari pemerintah Argentina mengatakan, mereka memperkirakan inflasi tahun ini ada di kisaran 52 persen dan 62 persen, jauh di bawah perkiraan analis, namun berada di atas target yang disepakati Dana Moneter Internasional (IMF) sebagai bagian dari kesepakatan baru-baru ini.
Bank Sentral Argentina mengatakan pihaknya memperkirakan inflasi bulanan terus menurun secara bertahap, setelah mencapai puncaknya di bulan Maret lalu.
Baca juga: The Fed Kerek Suku Bunga Acuan, Ini yang akan Dihadapi Pemegang Kartu Kredit
Analis mengatakan kenaikan tajam adalah tanda keputusasaan bank sentral untuk mengendalikan inflasi yang melonjak.
Kepala Eksekutif FDI Wealth Manager, Mariano Sardáns mengatakan kenaikan suku bunga ini kemungkinan tidak dapat menjinakkan inflasi, karena kepercayaan terhadap peso sudah melonjak dan sedikit yang percaya kenaikan harga dapat dikendalikan, melihat inflasi tinggi sudah berjalan selama bertahun-tahun.
"Yang ada adalah ketidakpercayaan penuh," ujarnya.
Argentina merupakan pengekspor utama kedelai, jagung dan gandum, yang semakin fokus pada ekspor bahan pangan di tengah krisis pasokan global. Selain itu, Argentina merupakan debitur terbesar IMF, setelah mengamankan kesepakatan baru senilai 44 miliar dolar AS pada awal tahun ini.