“Kita relatif dalam situasi yang tadi disebutkan risikonya 3 % dibandingkan negara lain yang potensi resesinya di atas 70 % . Namun ini tidak berarti kita terlena, kita tetap waspada,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers di Sofitel Nusa Dua, Bali, Rabu (13/7).
Adapun, dalam survey tersebut Sri Lanka berada di posisi pertama dengan persentase 85 % , New Zealand 33 % , Korea Selatan 25 % , Jepang 25 % , China 20 % , dan Hong Kong 20 % . Kemudian Australia tercatat 20 % , Taiwan 20 % .
Baca juga: Amerika Serikat Sedang Masuki Resesi Ringan, Ini Tanda-tandanya
Lalu, Pakistan 20 % , Malaysia 13 % , Vietnam 10 % , Thailand 10 % , Philipina 8 % , Indonesia 3 dan India 0 % .
Meskipun memiliki risiko resesi yang kecil, Sri Mulyani mengatakan pihaknya akan terus waspada dan berhati-hati dalam membuat kebijakan, mengingat masih ada risiko ketidakpastian global.
Hal ini seiring risiko global terkait inflasi dan resesi, atau stagflasi akan berlangsung sampai tahun depan.
Selain itu, instrumen kebijakan antara fiskal dan moneter juga akan dikoordinasikan dengan baik dan penuh kehati-hatian.
Ia juga mengatakan, kebijakan di Otoritas Jasa keuangan (OJK) juga dilakukan untuk memonitor utamanya regulasi eksposure dari korporasi Indonesia.