Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, FRANKFURT – Lonjakan inflasi di sejumlah negara Eropa yang kian memanas membuat Bank Sentral Eropa (ECB) mempertimbangkan untuk mengerek suku bunga acuan sebesar 50 persen, pada pertemuan Kamis (21/7/2022).
Dengan pengetatan kebijakan moneter ini ECB berharap lonjakan inflasi bisa diredam. Angka inflasi di Eropa saat ini telah melesat ke level tertinggi 8,6 persen pada Juni 2022.
Angka ini naik lebih tinggi apabila dibandingkan dengan indeks harga konsumen (CPI) di bulan Mei lalu, dimana CPI hanya berada di angka 8,1 persen yoy dan 7,4 persen pada bulan April.
Kenaikan tersebut terjadi setelah harga bahan bakar dan makanan di pasar global melesat ke level tertinggi selama beberapa bulan terakhir, akibat memanasnya serangan Rusia ke Ukraina. Hal inilah yang mengerek naik indeks CPI di Eropa.
Imbas dari lonjakan inflasi tak hanya membuat 19 negara di kawasan Eropa mengalami masalah keuangan, namun juga telah memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi. Bahkan kondisi ini telah memicu munculnya konflik politik di Italia.
Alasan tersebut yang membuat ECB mulai mengambil sikap tegas dengan mengerek naik suku bunga acuannya.
Baca juga: Inflasi Menggila, Rakyat Rusia Beralih Beli Bahan Pangan yang Harganya Lebih Murah
Meski ECB masih enggan menyebutkan berapa jumlah suku bunga yang akan dinaikan, namun mengutip dari Reuters mayoritas ekonom menyebut bahwa ECB hanya akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin.
Kendati demikian sebagian investor lainnya juga memprediksi bahwa ECB akan menaikkan suku bunga setengah poin yaitu sekitar 50 bps.
Baca juga: Inflasi AS Terus Melonjak, Ribuan Warga Rela Mengantre Demi Bantuan Pangan
Walaupun kenaikan suku bunga belum terjadi akan tetapi euro telah lebih dulu menunjukan responnya dengan melonjak sekitar 0,9 persen, menguat menuju 1,0232 terhadap dolar.
Kenaikan ini memperkuat posisi euro setelah lebih dari sepekan mata uang ini jatuh di bawah paritas.
Tak hanya euro saja, Imbal hasil obligasi pemerintah zona euro juga terpantau naik, dengan benchmark dua tahun Jerman yang sekarang tengah melesat ke level 1,329 persen.