Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve atau The Fed kembali menaikkan suku bunga sebesar 0,75 poin persentase untuk menekan inflasi tanpa menciptakan resesi.
Dengan menaikkan suku bunga pinjaman overnight di kisaran 2,25 persen hingga 2,5 persen, pergerakan pada bulan Juni dan Juli merupakan tindakan berturut-turut yang paling ketat sejak The Fed mulai menggunakan suku bunga dana overnight sebagai alat utama kebijakan moneter pada awal 1990-an.
Pasar sebagian besar sudah memperkirakan kenaikan suku bunga tersebut setelah pejabat The Fed mengirim telegram peningkatan dalam serangkaian pernyataan sejak pertemuan Juni.
Dikutip dari CNBC, Kamis (28/7/2022), bank sentral telah menekankan pentingnya menurunkan inflasi bahkan jika itu berarti memperlambat perekonomian.
“Ketika sikap kebijakan moneter semakin ketat, kemungkinan akan tepat untuk memperlambat laju kenaikan sementara kami menilai bagaimana penyesuaian kebijakan kumulatif kami mempengaruhi ekonomi dan inflasi,” kata Ketua The Fed Jerome Powell.
Baca juga: The Fed Resmi Naikkan Suku Bunga Lagi 75 Bps, Analis: Bikin Investor Optimis
Powell mengatakan, The Fed "berkomitmen kuat" untuk mengurangi inflasi dan mengatakan bahwa hal itu dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara umum dan pasar tenaga kerja pada khususnya.
“Kami pikir perlu untuk memperlambat pertumbuhan. Pertumbuhan akan melambat tahun ini karena beberapa alasan,” kata Powell seraya menambahkan bahwa perekonomian mungkin akan tumbuh di bawah tren jangka panjang untuk jangka waktu tertentu.
Baca juga: Saham Wall Street Berjatuhan Jelang Pengumuman The Fed
Di sisi lain, pasar memperkirakan The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada musim panas mendatang, meskipun proyeksi komite yang dirilis pada Juni menunjukkan tidak ada pemotongan hingga setidaknya 2024.