Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – China pada hari Senin (22/8/2022) memangkas suku bunga pinjaman dan menurunkan referensi hipotek dengan margin yang lebih besar.
Dilansir dari Channel News Asia, Senin (22/8/2022) langkah itu dilakukan China sebagai upaya untuk menghidupkan kembali ekonomi yang tertatih-tatih oleh krisis properti dan maraknya kasus Covid-19.
Suku bunga pinjaman satu tahun (LPR) diturunkan sebesar 5 basis poin menjadi 3,65 persen pada penetapan bulanan bank sentral, sedangkan LPR lima tahun diturunkan 15 basis poin menjadi 4,30 persen.
Baca juga: Gelombang Panas Melanda Negeri Tirai Bambu, Ekonom China : Akan Pengaruhi Rantai Pasokan Global
Dalam jajak pendapat Reuters yang dilakukan minggu lalu, sekitar 25 dari 30 responden memperkirakan penurunan 10 basis poin untuk LPR satu tahun.
"Pemotongan LPR asimetris sejalan dengan ekspektasi kami," kata Marco Sun, kepala analis pasar keuangan di MUFG Bank.
"Niat kebijakannya cukup jelas karena pemotongan 15 bps ke LPR 5 tahun dimaksudkan untuk meningkatkan permintaan pembiayaan jangka panjang," imbuhnya.
Pemotongan lebih dalam pada tingkat referensi hipotek pada hari Senin (22/8/2022), menggarisbawahi upaya pembuat kebijakan untuk menstabilkan sektor properti setelah serangkaian default di antara pengembang dan penurunan penjualan rumah.
Sementara itu, pemotongan LPR terjadi setelah People's Bank of China (PBOC) mengejutkan pasar dengan menurunkan suku bunga MLF dan alat likuiditas jangka pendek lainnya pekan lalu. Hal itu dikarenakan pihak berwenang berupaya meningkatkan permintaan kredit di tengah ekonomi yang tersendat.
Baca juga: Pendapatan Xiaomi Ambles karena Pembatasan Covid-19 Pemerintah China
Sejumlah data, juga dirilis pekan lalu, menunjukkan ekonomi secara tak terduga melambat pada Juli dan mendorong beberapa bank investasi global, termasuk Goldman Sachs dan Nomura, untuk merevisi turun perkiraan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) setahun penuh untuk China.
Goldman Sachs menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB China setahun penuh untuk tahun 2022 menjadi 3,0 persen dari yang awalnya 3,3 persen, jauh di bawah target Beijing sekitar 5,5 persen.
“Pemotongan LPR diperlukan, tetapi ukuran pengurangan itu tidak cukup untuk merangsang permintaan pembiayaan," kata Xing Zhaopeng, ahli strategi senior China di ANZ.
Xing mengharapkan LPR satu tahun dapat dipotong lebih lanjut.
Di sisi lain, ekonomi China nyaris terhindar dari kontraksi pada kuartal kedua akibat dari penguncian yang meluas dan krisis properti yang berdampak besar pada kepercayaan konsumen dan bisnis.