Bintang Alif Nusantara
Pandemi menjadi titik balik bagi Ardi Wibowo, pemilik Bintang Alif Nusantara (BAN) yang bergerak di sektor produk herbal minyak rambut kemiri Kamila. Dirintis sejak 2018, BAN awalnya menjual produk-produk aksesoris dan fesyen termasuk jaket, kaos hingga busana muslim.
Pada awal 2020, timnya sudah bersiap untuk memanfaatkan momentum Ramadan 2020 dengan mendesain dan memproduksi busana muslim sendiri. Tanpa disangka, muncul Covid-19 yang membuat pemerintah memberlakukan pembatasan mobilitas mendekati bulan Ramadan 2020. Saat itu, orang sudah tidak berpikir untuk membeli baju Ramadan maupun Idulfitri lagi. Ribuan busana muslim yang sudah diproduksi akhirnya sulit untuk dijual.
Ardi berpikir, BAN tidak mungkin lagi berjalan dengan mengandalkan industri fesyen. Ia kemudian mencari ide produk yang sekiranya masih dicari dan dibeli masyarakat ketika pandemi, yaitu herbal.
BAN awalnya masih menjual produk brand lain dengan menjadi reseller, namun tingkat ketidakpuasan konsumen terhadap produk yang dititipkan sangat tinggi. Konsumen yang membeli produk minyak rambut kemiri yang waktu itu dijual sebagai dropship misalnya, mengeluhkan efektivitas produknya. Selain itu, bau yang menyengat hingga menempel pada pakaian membuat konsumen hanya dapat menggunakannya ketika di rumah.
Ardi mengatakan, “Tingginya tingkat keluhan konsumen justru membuat kami berpikir untuk memproduksi minyak rambut kemiri sendiri dengan nama Minyak Kemiri Kamila. Dengan memproduksi sendiri kami dapat melakukan kontrol terhadap kualitas dan bahan-bahannya.
"Kami sangat serius membuat minyak rambut kemiri yang lebih berkualitas dengan melakukan uji tes laboratorium berkali-kali dengan pabrik melalui penambahan komposisi minyak kemiri dan vitamin yang lebih tinggi. Sementara untuk mengatasi bau yang menyengat, kami menggunakan wangi aromatherapy yang banyak disukai masyarakat. Alhasil, tingkat ketidakpuasan konsumen menurun drastis dan melakukan repeat order hingga empat kali, hal yang tidak pernah terjadi pada produk sebelumnya," jelasnya.
Konsumen minyak kemiri Kamila ternyata didominasi pembeli dari luar Pulau Jawa, maka dari itu, BAN membutuhkan mitra logistik yang memiliki jaringan luas. Selain itu ia ingin meminimalisir tingkat return to sender (RTS) yang tinggi ketika menggunakan jasa logistik sebelum Ninja Xpress.
Terkait pengalamannya menggunakan Ninja Xpress, Ardi mengatakan, “Dukungan dari Ninja Xpress sangat powerful. Ninja Xpress memberikan data yang cepat setiap hari jika ada paket yang mengalami kendala dalam pengiriman. Karena sangat responsif, customer service kami dapat dengan cepat menginformasikan status pengiriman kepada konsumen. Dengan cara ini Ninja Xpress membantu BAN menjaga hubungan lebih baik dengan pelanggan. Terlebih lagi, Ninja Xpress akan mengganti kerugian paket yang hilang, hal yang sangat penting bagi shipper.”
Greenvile Farm
Salah satu shipper Ninja Xpress di Jakarta Barat, Greenville Farm melakukan terobosan dengan berinovasi secara mandiri mengubah ide bisnis dari semula menyediakan sport center ke bidang pertanian sayur organik.
Pada awalnya, pemberlakuan pembatasan sosial pada saat pandemi memaksa bisnis sport center tutup. Bobby Agus, brand owner Greenville Farm pun memutar otak mencari ide bisnis baru yang esensial selama pandemi agar tidak harus merumahkan karyawannya.
Setelah berbagai pertimbangan, Bobby akhirnya memutuskan untuk memulai pertanian sayur hidroponik dengan mengubah lapangan tenis menjadi kebun sayur. Banyak karyawannya tidak memiliki latar belakang pertanian, namun mereka mau belajar secara independen.
Pada Oktober 2020, Greenville memulai panen pertamanya, namun sayangnya sayuran tersebut harus dibagikan secara gratis karena tidak mendapat respon cukup baik di sekitaran Jakarta Barat. Hasil panen pun tidak laku dijual ke supermarket, selain karena biasanya sudah memiliki supplier besar, stok produk sayuran hidroponik di supermarket saat itu sudah cukup melimpah.