Bosman mengaku sudah berjualan di Blok M Square sejak dua tahun yang lalu. Produk yang dijual adalah pakaian pria dan wanita, meliputi kaos, kemeja, celana, rok, hingga jaket dengan tipe yang beragam.
Baca juga: Pakaian Bekas Impor Menggerus Produk Lokal
Pakaian-pakaian itu ternyata awalnya merupakan barang yang hendak diekspor ke luar negeri. Tetapi, karena tidak terserap, akhirnya produk tersebut dibeli oleh Bosman untuk kemudian dijual kembali di pasar lokal.
Bosman menjual produknya dengan harga miring, yakni di kisaran Rp 50.000 sampai Rp 150.000 per potong. Padahal, harga aslinya jauh lebih besar dari itu.
Sebagai contoh, ada salah satu kemeja flannel yang terpantau memiliki label harga US$ 35,50 atau setara dengan Rp 525.400 mengacu kurs Rp 14.800 per dollar AS. Nyatanya, kemeja ini dijual dengan harga Rp 50.000 saja.
Baca juga: Kisah Pedagang Pakaian Bekas Impor: Untung Menurun, Diperas Oknum Tiap Hari
Kendati menjual dengan harga yang murah, bukan berarti bisnis pakaian Bosman berjalan mulus.
Ia mengakui adanya pandemi Covid-19 hingga kenaikan harga BBM mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat, termasuk untuk membeli pakaian.
“Sekarang ini tampak sepi yang beli, jadinya kami tunda dulu stok barang baru. Mudah-mudahan akhir tahun bisa ramai lagi,” ujarnya.
Laporan Reporter: Dimas Andi | Sumber: Kontan