Dengan demikian, kenaikan bunga BI ini masih belum menjadi beban tambahan bagi dunia usaha.
"Suku bunga mungkin belum berubah dalam waktu dekat, meski memang pada akhirnya akan meningkat," tutur David seperti dikutip dari Kontan.co.id.
Meski ekspektasi suku bunga kredit ke depan akan naik, David memperkirakan, ini tak akan terlalu memengaruhi harga jual produk dunia usaha.
Memang, akan ada peningkatan harga jual beberapa produk, tetapi ini bukan karena transmisi suku bunga acuan.
Baca juga: Suku Bunga Acuan Dinaikkan 50 Persen, IHSG Menguat 0,43 Persen ke 7.218,
"Harga jual untuk beberapa sektor akan meningkat, tetapi ini lebih karena kenaikan biaya transportasi," tambah David.
Justru, kenaikan suku bunga acuan ini akan efektif dalam meredam inflasi.
David yakin ini bukan kali terakhir BI mengerek suku bunga acuan.
Ke depan, BI berpotensi menaikkan suku bunga acuan 25 bps per bulan, hingga akhir 2022.
Bagaimana Nasib Rupiah?
Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen pada Kamis (22/9/2022).
Kenaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) terebut diharapkan mampu menyokong penguatan rupiah.
Seperti diketahui, saat ini rupiah berada dalam posisi nyaris di angka Rp 15.000/dolar AS.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, BI menaikkan suku bunga 50 bps karena untuk menjaga inflasi yang mungkin terjadi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan akibat suku bunga global yang naik.
Baca juga: Rupiah Berpeluang di Bawah Rp 15.000 Per Dolar AS Pasca Kenaikan Suku Bunga BI
"Dampaknya ke rupiah, besok kemungkinan akan menguat tipis, rupiah berada dalam kisaran ambang kritis Rp 15.000 per dolar.