Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Harga minyak anjlok pada perdagangan hari ini, Rabu (12/10/2022) karena kekhawatiran investor terhadap permintaan bahan bakar akibat meningkatnya risiko resesi global dan pengetatan pembatasan Covid-19 di China.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 51 sen atau 0,5 persen, menjadi 93,78 dolar AS per barel pada pukul 00:33 GMT.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di level 88,68 dolar AS per barel, setelah turun 69 sen atau 0,8 persen. Kedua benchmark ini turun 2 persen pada sesi perdagangan sebelumnya.
Baca juga: Ancaman Resesi Global Hingga 28 Negara Minta Bantuan IMF, Begini Kondisi Ekonomi di Indonesia
Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa (11/10/2022) kemarin memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2023 dan memperingatkan peningkatan risiko resesi global.
IMF mendesak agar bank sentral di seluruh dunia terus berjuang memerangi inflasi, meski adanya kekhawatiran investor terhadap langkah pembuat kebijakan keuangan dapat memicu penurunan ekonomi yang tajam dengan menaikkan suku bunga.
Secara terpisah, Presiden The Fed Bank of Cleveland Loretta Mester mengatakan Federal Reserve AS perlu terus maju untuk memperketat kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi.
Dolar AS menguat semalam, setelah seorang pejabat tinggi Bank of England mengatakan kepada manajer dana pensiun untuk menyelesaikan penyeimbangan kembali posisi mereka, ketika bank sentral Inggris berencana mengakhiri program pembelian obligasinya.
Baca juga: Bos IMF: Prospek Ekonomi Makin Gelap di Tengah Meningkatnya Ancaman Resesi Global
Penguatan dolar AS membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lain dan cenderung membebani minyak dan aset berisiko lainnya.
Investor dengan hati-hati sedang menantikan rilis data indeks harga konsumen (CPI) AS pada Kamis (13/10/2022) besok, kata analis di CMC Markets Tina Teng.
"Data yang lebih panas dari perkiraan dapat sekali lagi mengarahkan sentimen investor ke tepi, yang akan mengintensifkan ketakutan resesi saat ini, menekan harga minyak lebih lanjut," kata Teng.
Pasar minyak juga tertekan oleh pengetatan pembatasan Covid-19 di China, konsumen minyak terbesar kedua di Dunia. Kota-kota besar di China termasuk Shanghai dan Shenzhen meningkatkan pengujian Covid-19 dan memperketat pembatasan setelah infeksi naik ke level tertinggi sejak bulan Agustus.
Baca juga: Bos IMF: Prospek Ekonomi Makin Gelap di Tengah Meningkatnya Ancaman Resesi Global
"Otoritas China mengindikasikan bahwa tidak akan ada relaksasi dalam kebijakan COVID-19 mereka, yang semakin memperburuk situasi permintaan," kata analis di ANZ Research.
Di sisi pasokan, stok minyak mentah AS diperkirakan naik sebesar 1,8 juta barel dalam seminggu hingga 7 Oktober 2022, setelah turun dua minggu sebelumnya, menurut jajak pendapat Reuters.
Data persediaan pasokan minyak dari American Petroleum Institute akan dirilis hari ini pada pukul 16:30 EDT (2030 GMT), sementara Administrasi Informasi Energi AS akan merilis datanya pada Kamis besok pukul 11:00 EDT (1500 GMT).
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia atau dikenal sebagai kelompok OPEC+ pada pekan lalu memutuskan memangkas target produksi mereka sebesar 2 juta barel per hari.
Pengetatan prospek pasokan setelah pengumuman OPEC+ kini "sebagian besar diabaikan oleh pasar", kata analis di ANZ Research.