Peningkatan produktivitas itu juga berpengaruh pada peningkatan omzet kelompok Gayeng Ruyeng. Berdasarkan data YDBA, sepanjang tahun 2021, omzet kelompok Gayeng Ruyeng mencapai Rp 967 juta. Tahun ini meningkat cukup tinggi.
Sepanjang Januari hingga Agustus 2022, omzet sudah mencapai Rp1,09 miliar.
Mukhlis melanjutkan, proses kerja berubah. Sebelumnya hanya mengenal besi per dan besi pelat biasa, kini pengetahuannya bertambah dengan bahan baku varian baja modern. Belum lagi dari pelaporan keuangan yang semakin rapi.
Baca juga: Kredit Pembiayaan UMKM OJK, Wakil Ketua MPR: Langkah strategis dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
“Kami harap, produk kami semakin baik, dan bisa ekspor, tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jadi kami bisa menikmati penghasilan yang meningkat,” kata Mukhlis.
Sementara itu pada kesempatan terpisah, Chief Executive YDBA Sigit Kumala mengatakan, YDBA memastikan akan terus membina dan memperkuat pelaku UMKM agar bisa mandiri, bahkan mampu go global. Hal itu dilakukan sebagai misi YDBA ikut mensejahterakan masyarakat.
Upaya YDBA mensejahterakan masyarakat lewat pendampingan kepada UMKM lokal di berbagai daerah di Tanah Air. Pendampingan itu dilakukan dengan filosofi “Berikan Kail Bukan Ikan.”
Sigit menjelaskan, sejak 1980 hingga saat ini, YDBA sudah membina sekitar 12.000 UMKM. Dari ribuan UMKM itu, sebagian besar sudah mandiri. Saat ini, tinggal sekitar 2.100 UMKM yang aktif didampingi YDBA. (Idayatul Rohmah/TribunJateng)