Pada akhir Juli tahun lalu, perseroan melaporkan saldo kas sebesar Rp 20,49 triliun dan fasilitas pinjaman bank yang belum digunakan sebesar 357 juta dolar AS atau setara dengan Rp 5,17 triliun.
Selain itu, GoTo telah mendapatkan dana tambahan dari penerbitan saham baru setelah 31 Juli 2021 sebesar Rp 40,71 triliun melalui seri pendanaan terakhirnya.
Baca juga: Saham GOTO dan ARTO Sentuh ARB, Investor Harus Jual atau Tahan?
Jika digabung dengan hasil dari pendanaan IPO, maka likuiditas perusahaan akan mencapai Rp 80,10 triliun.
GoTo PHK Karyawan Besar-besaran
Pada 18 November, secara mengejutkan GoTo mengumumkan bahwa pihaknya akan merumahkan 1.300 karyawannya atau sekitar 12 persen dari tenaga kerjanya.
Pemangkasan karyawan oleh GoTo itu dilakukan ketika perusahaan berupaya mengurangi biaya dan meredakan kekhawatiran investor atas kerugian yang meningkat.
Baca juga: Saham GOTO Kembali Pimpin Jajaran Top Losers, IHSG Dibuka Melemah ke Level 6.982
"Tantangan makro ekonomi global berdampak signifikan bagi para pelaku usaha di seluruh dunia. GoTo, seperti layaknya perusahaan besar lainnya, perlu beradaptasi untuk memastikan kesiapan Perusahaan menghadapi tantangan ke depan," kata perusahaan teknologi ini dalam sebuah pernyataan.
Adapun, GoTo pada Agustus lalu melaporkan kerugian penyesuaian kuartal kedua sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi melebar menjadi Rp 4,14 triliun dari kerugian proforma sebesar Rp 3,9 triliun setahun sebelumnya.