Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memberikan penilaiannya terhadap kinerja perekonomian di sepanjang 2022, baik di Indonesia maupun global.
Menurutnya, kinerja ekonomi dunia terbilang cukup kacau balau imbas adanya sejumlah faktor.
Mulai dari tantangan disrupsi rantai pasok, tingginya inflasi, hingga adanya kebijakan terkait suku bunga oleh sejumlah bank sentral di berbagai negara.
"2022 was not is ordinary times. Pandemi masih ada, negara-negara masih melakukan normalisasi, terjadi disrupsi karena ketidaksinkronan dari sisi supply dan demand, memacu inflasi, direspon dengan kenaikan suku bunga, cost of fund jadi mahal, dan kemungkinan recovery yang masih early," ucap Sri Mulyani dalam acara CEO Banking Forum secara daring, Senin (9/1/2023).
Baca juga: Sejumlah Mantan Pejabat Tinggi Negara Maju Takut-takuti Bahaya Resesi Ekonomi di 2023
"Kemudian muncul perang di Ukraina. Yang memperparah disrupsi sisi supply tadi," sambungnya.
Namun untuk Indonesia sendiri, lanjut Sri Mulyani, justru tidak terlalu mengalami guncangan yang signifikan.
Pasalnya, adanya disrupsi rantai pasok di Eropa justru membawa angin segar bagi Indonesia. Sejumlah komoditas dari dalam negeri mengalami lonjakkan harga.
Contohnya, harga produk minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang sempat menyentuh 1.700 dolar AS per metric ton. Kemudian harga batubara yang juga pernah tembus di level 400 dolar AS per ton.
"Ada perang di Eropa, dan yang terkena (efeknya) CPO kita jadi naik dari 700 dolar AS jadi 1.700 dolar AS. Harga minyak goreng kita naik dan terjadi guncangan di Indonesia. Perang di sana yang terjadi adalah menyebabkan sanksi minyak dan gas, dan membuat batubara kita naik 400 dolar AS per ton. Harga minyak juga melonjak," papar Sri Mulyani.
Adanya hal tersebut turut meningkatkan nilai ekspor domestik, dan memberikan dampak positif terhadap kinerja ekonomi Indonesia.
Diketahui, selama 2022 pertumbuhan ekonomi nasional secara beruntun berada di atas 5 persen.
Tercatat ekonomi RI di kuartal I-2022 tumbuh 5,01 persen secara year to year (yoy). Kemudian pada kuartal II-2022 tercatat di angka 5,4 persen, dan kuartal III-2022 sebesar 5,7 persen.
Sri Mulyani meramal, pada kuartal IV-2022 ekonomi domestik tumbuh di kisaran 5 persen.
"Karena kita lihat juga dari masyarakat, konsumsi kita tumbuh sangat kuat. Bahkan mobilitas jelang akhir tahun meningkat," papar Sri Mulyani.
"Saya lihat penerimaan pajak di daerah dari sisi pajak restoran kemudian hotel naiknya enggak cuma naik 11 persen tapi 60 persen hingga 120 persen. Ini fenomena enggak di Jakarta tapi di semua di Indonesia," pungkasnya.