Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Setelah harganya sempat melambung 8 persen hingga berada di kisaran 86,39 dolar AS per barel di perdagangan akhir pekan kemarin, harga minyak mentah dunia kembali turun di awal perdagangan Senin, (13/2/2023) ini.
Mengutip hasil pantauan Reuters, harga minyak mentah jenis Brent berjangka mengalami penurunan sebesar 1,05 persen atau 0,91 poin menjadi 85,65 dolar AS per barel pada Senin Siang.
Penurunan serupa juga dialami oleh penjualan minyak mentah jenis minyak West Texas Intermediate yang ikut anjlok 1,17 persen atau 0,93 poin menuju ke kisaran harga 78,79 dolar AS per barel.
Keduanya dilaporkan turun usai gubernur bank sentral The Fed mulai kembali menyerukan pengetatan kontrol pada kebijakan moneternya, dengan menaikkan laju suku bunga ke level tertinggi.
Meski langkah ini dipercaya sebagai cara cepat untuk menjinakkan inflasi di AS. Namun dorongan tersebut telah membebani selera beli masyarakat pada aset berisiko termasuk komoditas minyak dunia.
"Harga minyak mentah melemah karena pedagang energi terpengaruh kebijakan penting Fed yang berencana memperketat suku bunga acuan jauh lebih agresif," kata Edward Moya, analis senior di perusahaan perdagangan aset berjangka OANDA.
Selain dibayangi pengetatan The Fed, anjloknya harga minyak dunia di awal perdagangan pekan ini lantaran terpengaruh pemulihan pasokan ekspor minyak Azerbaijan di terminal Ceyhan Turki.
Baca juga: Dibayangi Sanksi Rusia, Harga Minyak Dunia Pekan Ini Melonjak 8 Persen
Kendati stok minyak di kilang Ceyhan Turki perlahan pulih, para analis memperingatkan agar para investor tetap waspada akan adanya krisis pasokan energi akibat pemangkasan minyak mentah sebesar 500.000 barel per hari yang dilakukan Moskow sebagai eksportir terbesar kedua di pasar global.
Dengan pemangkasan tersebut Badan Energi Internasional yang berbasis di Paris memperkirakan total pasokan minyak Moskow pada pasar global turun menjadi 9,77 juta barel per hari pada Desember 2023.
Baca juga: Dibayangi Sanksi Rusia, Harga Minyak Dunia Pekan Ini Melonjak 8 Persen
Apabila penurunan pasokan terus menerus terjadi ditengah meningkatnya permintaan pasar, maka bukan tidak mungkin hal tersebut akan memicu krisis dan membuat harga bahan bakar minyak, dan solar, melonjak naik diatas 100 dolar AS per barel selama akhir tahun ini hingga 2024.
"Dalam jangka pendek, saya menduga harga akan tetap terikat kisaran karena surplus kuartal pertama. Saat mendekati pertengahan tahun, kami memperkirakan pasar akan mengetat, hal tersebut bisa mendorong harga menuju ke 100 dolar AS,” kata kata Warren Patterson, kepala strategi komoditas di ING Groep NV.