Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, VEVEY - Perusahaan makanan terbesar di dunia, Nestle memprediksi harga bahan kebutuhan pokok akan terus meningkat selama 2023, setelah lebih dari satu tahun kenaikan harga yang memaksa konsumen biasa terus berjuang untuk membeli bahan makanan.
Nestle menaikkan harga sebesar 8,2 persen pada tahun lalu, namun menurut mereka hal itutidak cukup untuk mengimbangi kenaikan biayanya sendiri yang secara substansial mengurangi laba.
Dikutip dari Russia Today, Senin (20/2/2023), menurut CEO Nestle Mark Schneider, kenaikan harga Nestle yang bervariasi berdasarkan pasar dan kategori, akan 'sangat ditargetkan' dan hanya akan diterapkan jika 'inflasi biaya input membenarkannya'.
"Kami masih dalam situasi di mana kami memperbaiki margin kotor kami. Kami terkena inflasi dan sekarang kami mencoba memperbaiki kerusakan yang telah terjadi," kata Schneider.
Dia tidak memberikan rincian tentang kenaikan yang diproyeksikan akan mempengaruhi merek Nestle diantara 2.000 brand yang mencakup produk cemilan manis, frozen food, dan susu formula bayi.
'Tahun lalu membawa banyak tantangan dan pilihan sulit bagi keluarga, komunitas, dan bisnis. Inflasi melonjak ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, tekanan biaya hidup meningkat, dan dampak ketegangan geopolitik dirasakan di seluruh dunia," bunyi pernyataan perusahaan.
Baca juga: Spanyol Pertimbangkan Langkah Drastis Demi Tekan Harga Pangan
Biaya komoditas dan upah yang lebih tinggi telah membuat masalah strategi penetapan harga menjadi fokus yang tajam bagi perusahaan penghasil makanan karena mereka berjuang untuk memaksimalkan keuntungan tanpa menolak pelanggan.
Baca juga: Indeks Harga Pangan Dunia Pecah Rekor di 2022, Tertinggi Sejak 1990
Unilever, Coca-Cola, Heineken, Colgate-Palmolive, dan Procter & Gamble, semuanya menandai kenaikan lebih lanjut dalam harga barang-barang mereka pada 2023, karena mereka bergulat dengan biaya komoditas, energi dan tenaga kerja yang tinggi.