"Ini karena Cemindo memiliki pendapatan ekspor yang besar yang secara alami melakukan lindung nilai terhadap pinjaman ini, di mana USD memiliki suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan pinjaman IDR. Kerugian ini belum direalisasi dan sepenuhnya bersifat non-tunai," ungkap dia.
Pihaknya juga terus memantau pergerakan utang dan mengoptimalkan biaya keuangan semaksimal mungkin.
Hal ini pun berbuah hasil dengan Cemindo dapat mengurangi beban bunganya dari Rp 681 miliar menjadi Rp 628 miliar pada 2022.
Selain itu, ia juga menyampaikan akan terus fokus mengembangkan pasar di Indonesia serta Vietnam dan memantau perkembangan kebijakan dengan tepat.
Hal ini didorong dengan adanya upaya pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur.
"Ditambah dengan rilis tekanan inflasi dan suku bunga turun di tahun 2023, kami optimis bahwa kami akan memberikan satu tahun lagi pertumbuhan berkelanjutan di 2023 kepada semua pemangku kepentingan kami," seru Vince.