News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Investasi Naik Tajam Sayang Serap Sedikit Tenaga Kerja, Apa Sebab?

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo meresmikan smelter nikel milik PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) yang terletak di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Indonesia terbukti menjadi salah satu daya tarik investasi para pemodal asing saat ini.

Buktinya, penanaman modal asing di tanah air saat ini terus meningkat.

Pada kuartal I 2023, realisasi penanaman modal asing (PMA) tumbuh 20,2 persen dibanding periode sama tahun lalu dengan nominal Rp 177 triliun.

Namun demikian peningkatan nilai investasi tersebut tidak diiringi dengan kenaikan jumlah tenaga kerja yang signifikan.

Baca juga: Ditargetkan Jokowi Raup Investasi Rp 1.400 Triliun di 2023, Menteri Investasi Waspadai Tahun Politik

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, investasi sebesar itu hanya mampu menyerap 384.892 Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Meningkat sebesar 16,5 persen dibanding dengan periode yang sama pada 2022 dan menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 384.892 orang.

Meski begitu, serapan tenaga kerja tersebut masih jauh jika dibandingkan dengan realisasi investasi yang masuk.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, serapan investasi ke padat modal masih mendominasi pada investasi yang sudah masuk jika dibandingkan dengan padat karya.

Hal ini menyebabkan serapan tenaga kerja yang dihasilkan tidak sebesar yang diharapkan.

“Memang idealnya kalau investasinya padat karya antara realisasi nominal angka harus berbanding lurus dengan penciptaan lapangan kerja yang optimal.

Tetapi investasi yang masuk di kita sekarang kan tidak padat karya. Investasi kita ini semuanya high teknologi,” tutur Bahlil dalam konferensi pers, Jumat (28/4).

BKPM mencatat, serapan investasi ke padat modal diantaranya, Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya yang realisasinya mencapai Rp 46,7 triliun. Di sektor kimia dan farmasi realiasinya mencapai Rp 22,6 triliun.

Baca juga: Generasi Muda Harus Melek Investasi Manfaatkan Tunjangan Hari Raya

Kemudian di sektor pertambangan yang umumnya aktivitas pekerjaannya menggunakan mesin realisasinya mencapai Rp 33,5 triliun.

“ Sektor industri logam dasar dan lainnya, serta industri farmasi ini enggak bisa di apa-apakan ini teknologi semua. Pertambangan ini juga pakai mesin semua, jadi tenaga kerja cuma operator saja. Di Freeport operator tambang sudah pakai robot semua operatornya manusia. Jadi begitu canggih sekarang,” tambahnya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini