Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gaya hidup vegetarian yang dinilai lebih sehat karena tidak mengkonsumsi protein hewani seperti daging dan telur, siap menjadi bisnis yang prospektif di Indonesia saat ini dan di masa datang.
Ini karena peminat gaya hidup vegetarian di Indonesia semakin meningkat. Saat ini ada 2000 rumah makan, restoran yang bergerak di bidang vegan termasuk yang dikelola pemilik usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM.
"Selama pandemi industri rumahan makanan vegan tumbuh pesat," kata Karim Taslim, Wakil Sekjen Indonesia Vegetarian Société (IVS), komunitas penganut gaya hidup vegetarian di Indonesia.
Baca juga: Menteri BUMN RI Kunjungi UMKM Binaan Telkom di SMEs Hub KTT ke-42 ASEAN
Dia mengemukakan, jumlah komunitas vegetarian dan vegan di Indonesia saat ini diperkirakan sudah mendekati 1 persen dari total populasi masyarakat.
Angka tersebut setara dengan 2,7 juta orang.
"Di luar angka itu banyak juga simpatisan gaya hidup vegan yang karena alasan agama memilih gaya hidup vegan seperti di kalangan umat Kristiani dan Muslim," ungkap Karim Taslim dalam konferensi pers ‘The 8th WVO Conference & Vegan Festival 2023’, bersamaan dengan ‘World Vegan Film (Asia)' yang diselenggarakan Indonesia Vegetarian Society (IVS), Vegan Society Indonesia (VSI) dan World Vegan Organisation (WVO) di Jakarta Barat, Sabtu, 13 Mei 2023.
Karim menjelaskan, anggota IVS saat ini hampir 180 ribu orang tersebar di 63 cabang di seluruh. "Kita banyak lakukan edukasi, pola makan dan lifestyle sehat. Kita juga bantu Germas dan kegiatan penyelamatan lingkungan," ungkapnya.
Apakah gaya hidup vegan kini sudah menjadi industri yang baru? Karim mengatakan tren ini baru tren awal, tapi potensi pasarnya sanhat besar.
"Di Amerika Serikat, gaya hidup vegan sudah jadi industri dan sudah bisa bikin menu artifizial dan perusahaannya sudah IPO [menjual sebagian sahamnya ke lantai bursa] dan sahamnya diserap kuat pasar," Karim mencontohkan.
"Harus ada sinergi antara industri dan komunitas agar gaya hidup dan industri vegan ini bisa berkembang kuat di Indonesia," imbuhnya.
Dr. Susianto, Pendiri & Presiden Organisasi Vegan Dunia (WVO) mengatakan, ‘The 8th WVO Conference & Vegan Festival 2023’, bersamaan dengan ‘World Vegan Film (Asia)' merupakan event ke-8 setelah sebelumnya diselenggarakan di beberapa negara seperti di Malaysia,
"Tahun 2018 kita dirikan organisasi World Vegan Organization Pemahaman bahwa makan menu vegan di restoran fine dining lebih mahal dengan non vegan restoran sebenarnya salah. Begitu juga persepsi menu vegan hanya cocok untuk usia dewasa tidak betul karena bisa disajikan/dikonsumsi oleh segala usia termasuk anak-anak," bebernya.
Susianto menambahkan, untuk menghasilkan 1 kalori protein hewani sebenarnya membutuhkan biaya yang lebih mahal dibanding satu kalori nabati, yakni mencapai 25 kalori bahan alam untuk mendapatkan satu kalori hewani.
"Tapi untuk menciptakan 1 kalori nabati hanya memerlukan 2,2 kalori bahan alam. Untuk m menghasilkan 1 kg daging sapi membutuh 16 kg biji bijian," jelasnya.
Di acara ini juga dilakukan pemutaran film karya Keegan Kuhn, seorang vegetarian AS, tentang dunia vegan berjudul The Conspiracy, yang pernah sukses menenangi award berkompetisi dengan film-film lain.
Keegan Kuhn mengatakan, film Conspiracy bercerita tentang lingkungan hidup dan ajakan merawat lingkungan lewat gaya hidup vegan.
"Di AS, gaya hidup vegan sudah jadi mainstream dan sudah jadi pemahaman luas di masyarakat. Orang AS menganut gaya hidup vegan karena alasan kesehatan, bukan alasan lain, misalnya agama. Semua orang di sana tahun dan pertumbuhan gaya hidup vegan sangat cepat," ungkapnya.
Dia menambahkan, gaya hidup vegan di AS banyak diadopsi anak muda dan mereka sangat dominan. "Sebanyak 25 persen warga AS usia produktif (18-35 tahun) pilih gaya hidup vegan," ujar Keegan yang sudah 26 tahun jadi penganut gaya hidup vegan di negaranya.
‘The 8th WVO Conference & Vegan Festival 2023’ mengangkat tema "Go Vegan, untuk Dunia yang Lebih Berkelanjutan' diselenggarakan pada 12-14 Mei di Hilton Garden Inn Palem dan Green Sedayu Mall di Jakarta Barat, dan pada 15-16 Mei di Bali.
Menurut DR Susianto, Konferensi WVO ke-8 & Vegan Festival 2023 adalah acara global yang bertujuan untuk mempromosikan manfaat gaya hidup vegan bagi kesehatan manusia, perlindungan hewan, dan lingkungan.
Acara ini mempertemukan komunitas vegan, aktivis, akademisi, dan profesional dari seluruh dunia untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan praktik terbaik mereka untuk menciptakan dunia yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Konferensi ini menampilkan keynote speech, diskusi panel, workshop, dan presentasi tentang berbagai topik yang berkaitan dengan veganisme, termasuk nutrisi, kesehatan, perlindungan hewan, dan lingkungan.
Festival ini juga menampilkan beragam produk, layanan, dan makanan vegan dari lokal dan internasional, serta kompetisi, pertunjukan musik, dan hiburan.