Perkenalan dengan Sukarno-Hatta
Melalui Pekan Buku Indonesia 1954, Tjoe Wie Tay berkenalan dengan pemimpin Indonesia saat itu, yakni Sukarno dan Hatta.
Dari perkenalan ini, Gunung Agung dipercaya untuk menggelar pameran buku di Medan
dalam rangka Kongres Bahasa tahun 1954.
Bisnis Gunung Agung kemudian semakin membesar yang ditandai dengan pendirian gedung berlantai tiga di Jalan Kwitang Nomor 6. Gedung ini diresmikan langsung oleh Bung Karno pada 1963.
Pada tahun yang sama, Tjoe Wie Tay mengubah namanya menjadi Masagung.
Salah satu hal bersejarah terkait buku oleh Gunung Agung ialah penerbitan buku autobiografi Sukarno yang ditulis oleh Cindy Adams, seorang jurnalis Amerika Serikat.
Buku itu berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat.
Penerbitan buku tentang Sukarno dilanjutkan oleh Gunung Agung sehingga dikenal sebagai penerbit buku autobiografi/biografi tokoh-tokoh bangsa Indonesia.
Berdiri selama 70 tahun
Selama 70 tahun berdiri, Toko Buku Gunung Agung telah merasakan manis pahitnya dunia bisnis.
Gunung Agung berhasil berhasil menjadi toko buku rantai ritel terkemuka di Indonesia yang menyediakan kelengkapan produk buku dan alat tulis berkualitas tinggi dengan harga bersaing yang dibarengi dengan layanan prima.
Perusahaan memperluas lini produknya dengan alat tulis, kebutuhan sekolah, barang mewah, barang olahraga, alat musik, otomatisasi/peralatan kantor, dan produk teknologi tinggi.
Sebanyak 14 toko dibuka di 10 kota besar di Pulau Jawa. Di Jabodetabek sendiri, ada sebanyak 20 Toko Buku Gunung Agung.
Setelah masa kejayaan, Toko Buku Gunung Agung mengalami masa pahit terutama ketika pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia pada 2020 lalu.
Saat itu, Toko Buku Gunung Agung harus menutup beberapa toko mereka yang berlokasi di Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, Bekasi dan Jakarta.
Penutupan beberapa toko dilakukan tidak hanya akibat pandemi Covid-19, melainkan untuk menjaga kelangsungan usaha dan mengatasi kerugian usaha akibat biaya operasiomal yang besar.