News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Telur Ayam

Harga Telur Melonjak, DPR: UMKM Bisa Terdampak, Ganggu Upaya Turunkan Angka Stunting

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Harga telur ayam di Pasar Agung, Depok, Jawa Barat, tembus Rp 32.000 per kilogram. Harga telur makin melonjak sejak usai Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijiriah.

Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi Gerindra Abdul Wachid menilai Satuan Tugas (Satgas) Pangan harus segera mengecek kejadian naiknya harga telur itu.

"Perlunya Satgas Pangan segera turun tangan, cek dari hulu sampai hilir.
Jangan-jangan ini permainan," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Senin (22/5/2023).

Lebih lanjut, dirinya mempertanyakan sebab kenaikan harga telur akibat tingginya biaya pakan, sehingga peternak mengurangi produksi.

"Apakah di petani, peternak, ada persoalan harga pakan atau ada persoalan di para broker? Aku cek dulu ke petani, peternak dulu," pungkasnya.

Kata Asosiasi

Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (DPP IKAPPI) menyayangkan harga telur di pasaran yang terus naik.

Menurut Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan, tidak ada upaya dari pemerintah untuk menurunkan harga telur yang naik ini.

"Tidak terdapat upaya melakukan penurunan harga telur, sehingga harga telur secara nasional naik," katanya.

Catatan dari IKAPPI menyebut bahwa harga telur di Jabodetabek berada pada kisaran Rp 31 ribu-34 ribu per kilogram. Harga tersebut telah naik dari Rp28 ribu.

Bahkan, kata Reynaldi, harga telur di luar pulau Jawa jauh melampaui harga di Jabodetabek.

"Tepatnya di wilayah timur Indonesia, harga telur mencapai Rp38 ribu per kilogram, malahan lebih dari Rp40 ribu per kilgoram," ujarnya.

Ia pun membeberkan temuannya mengenai alasan di balik kenaikan harga telur.
"Harga telur mengalami kenaikan sejak beberapa minggu terakhir dan ada dua hal yang kami temukan," ujar Reynaldi.

Pertama adalah faktor produksi dan yang kedua karena proses distribusi yang tak sesuai dengan biasanya.

"Pertama karena faktor produksi yang menyebabkan harga pakan yang tinggi. Kedua, proses distribusi yang tidak sesuai dengan kebiasaan," kata Reynaldi.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini