News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ketua LPS Sebut Aksi Gantikan Mata Uang Dolar AS Sulit Dilakukan, Ini Alasannya

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi. Faktor utama masih kuatnya mata uang Negeri Paman Sam karena mayoritas perdagangan dunia masih pakai dolar AS.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyinggung Youtuber yang meramalkan dolar Amerika Serikat (AS) akan hancur karena aksi meninggalkan dolar AS atau dedolarisasi.

Karena itu, dia mengingatkan, bahwa konten di YouTube yang memperkirakan bakal terjadi aksi buang dolar AS jangan ditelan mentah-mentah.

"Artinya, walaupun dari YouTube banyak gosip seperti itu komentar-komentar ekonomi mengatakan dolar akan hancur, tapi kita masih harus waspada apalagi kalau teman-teman tadi mau spekulasi mata uang hati-hati kadang-kadang komentar di YouTube juga salah. Jadi, tidak semudah itu menggerakkan dominasi suatu mata uang di global ekonomi ini," ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (26/5/2023).

Baca juga: Ancaman Dedolarisasi Bikin Banyak Bank Sentral Dunia Borong Emas 

Purbaya menjelaskan, faktor utama masih kuatnya mata uang Negeri Paman Sam karena mayoritas perdagangan dunia masih pakai dolar AS.

Menurutnya, itu menunjukkan bahwa orang masih suka Greenback walaupun perdagangannya bukan dolar AS dengan dolar AS.

"Kayak Indonesia dan China seharusnya tidak perlu dolar, tapi sebagian besar masih pakai pasar mata uang dolar katakanlah masih 80 persen lebih," katanya.

Dia menambahkan, untuk membentuk suatu mata uang yang kredibel itu perlu waktu lama apalagi kalau menyangkut banyak negara, biasanya ada persaingan politik.

"Ini kalau saya lihat mungkin ada jangka pendek di pasar (buang dolar AS), tapi kalau dari pergerakan data simpanan, belum ada pergerakan yang terlalu signifikan karena isu timbulnya mata uang selain dolar," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini