"Pegawai ada delapan, kalau Sabtu Minggu tambah tiga orang," ungkap Bu Gemblong.
Proses produksi gemblong duren masih tradisional, diuleni manual tanpa mesin.
Bu Gemblong mengatakan, ia bisa saja hanya mengganti tenaga manusia dengan mesin.
Tetapi, ia menilai mempekerjakan emak-emak bisa lebih memberikan nilai manfaat.
Terlebih ada sejumlah pegawai merupakan tulang punggung keluarga atau single parent.
"Di satu gemblong ini tertanam doa-doa para emak-emak, agar bisa laris, agar bisa mencukupi kebutuhannya."
"Kalau saya mau, proses pembuatan bisa pakai mesin, dua orang karyawan sudah cukup ditambah satu untuk jaga toko," ungkapnya.
Banyak Reseller dari Luar Kota
Gemblong Duren 357 tidak hanya dijual di Karanganyar, namun sudah banyak reseller dari kota-kota di Pulau Jawa.
Mulai dari Jakarta, Tangerang, Banten, Bogor, Tegal, Pekalongan, Yogyakarta, Semarang, hingga Tulungagung.
Pemasaran dilakukan dengan memanfaatkan media sosial Instagram dan Facebook.
"Sementara untuk marketplace biasanya dilakukan oleh para reseller," ungkap Bu Gemblong.
Dalam segi pembayaran, Gemblong Duren 357 sudah menerima sistem cashless atau nontunai.
Pembeli bisa menggunakan kartu debet maupun Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
(*)