Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melesat di bawah Rp 15.000/dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg pada hari ini, Kamis (12/7/2023), dibuka menguat ke Rp 14.961 per dolar AS.
Hingga sekira pukul 09.20, mata uang Garuda bergerak melesat hingga naik 99,5 poin atau 0,66 persen ke Rp 14.975 per dolar AS dengan rentang pergerakan di kisaran Rp 14.947 per dolar AS sampai Rp 14.990 per dolar AS.
Baca juga: Empat Sektor Jadi Beban, IHSG Sesi I Masuk ke Zona Merah
Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah dibuka berada pada posisi Rp 15.080 per dolar AS dengan kisaran harian Rp 14.949 per dolar AS hingga Rp 15.080 per dolar AS.
Kemudian sekira pukul 09.20, pergerakan rupiah terus menguat hingga 101 poin atau 0,67 persen ke level Rp 14.974 per dolar AS.
Sementara, rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pada level Rp 15.084 per dolar AS.
Sebelumnya, Analis pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah dapat bergerak menguat hingga Rp 15.010.
"Intuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif. Namun, ditutup menguat di rentang Rp 15.010 per dolar AS hingga Rp 15.130 per dolar AS," ujar dia mengutip risetnya, Kamis (13/7/2023).
Dia menjelaskan, sentimen eksternal yang memengaruhi rupiah adalah kemarin dolar AS merosot ke level terendah dua bulan terhadap mata uang utama menjelang pembacaan inflasi AS.
Sementara, poundsterling naik ke level tertinggi 15 bulan di tengah ekspektasi Bank of England (BoE) akan menaikkan suku bunga lebih jauh.
Baca juga: IHSG Diperkirakan Menguat dengan Potensi Kenaikan Jangka Panjang
Investor fokus pada data inflasi AS yang akan dirilis, dengan ekspektasi harga konsumen inti naik 5 persen secara tahunan pada bulan Juni dan angka tersebut memberikan kejelasan lebih lanjut tentang kemajuan Federal Reserve dalam perjuangannya melawan inflasi.
Inflasi yang lengket secara luas diperkirakan akan menarik lebih banyak kenaikan suku bunga dari Fed, dengan bank sentral akan menaikkan suku bunga setidaknya 25 basis poin dalam pertemuan akhir Juli.
"Komentar terbaru dari pejabat Fed menegaskan kembali bahwa sementara bank sentral hampir mencapai suku bunga puncaknya, suku bunga masih akan naik dalam waktu dekat. Suku bunga AS juga diperkirakan akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama," kata Ibrahim.
Sementara itu sentimen internal yang memengaruhi rupiah, yakni pemulihan ekonomi Indonesia semakin kuat, terutama sejak diterpa pandemi Covid-19 tiga tahun lalu.
Optimisme proses pemulihan ekonomi yang kuat dan stabil, mendorong Indonesia kembali masuk di dalam kelompok upper-middle income country.
Baca juga: IHSG Diperkirakan Menguat dengan Potensi Kenaikan Jangka Panjang
Sedangkan, ekonomi Indonesia pada 2022 tumbuh 5,31 persen atau di atas target APBN 5,2 persen.
Secara level, PDB riil tahun 2022 Indonesia sudah 7 persen di atas PDB sebelum terjadinya pandemi tahun 2019.
Capaian ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang mampu terus melakukan ekspansi secara robust dan konsisten, terutama di tengah dinamika perekonomian global yang sangat volatile pada periode tersebut, yang telah menyebabkan banyak negara kembali mengalami pelemahan ekonomi.
"Selain itu, pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2022 terjadi secara lebih merata. Seluruh sektor produksi dan seluruh wilayah di Indonesia telah mampu bangkit dan tumbuh positif kembali," tutur Ibrahim
Kemudian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) telah menurun dari 6,49 persen menjadi 5,86 persen dibandingkan antara tahun 2021 ke 2022.
"Selanjutnya, rasio gini tetap, tingkat kemiskinan menurun dari 9,71 persen menjadi 9,57 persen dan Indeks Pembangunan Manusia naik dari 72,29 menjadi 72,91. Efektivitas kebijakan penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi, serta berbagai transformasi struktural membawa ekonomi Indonesia bertahan di dalam pertumbuhan yang relatif tinggi sejak kuartal I 2021, tumbuh terus di atas 5 persen," pungkasnya.