Dia mencontohkan pembangunan Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga yang berdekatan dengan Bandara Tunggul Wulung di Cilacap.
"Ada yang melanggar peraturan (pembangunan bandara), menterinya sendiri, yaitu Cilacap dengan Purbalingga. Itu kan jarak (antar kedua) cuma 65 kilometer. Kenapa ada dua bandara?" Ujar Agus.
Sedangkan untuk Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat, menurut dia belum bisa beroperasi dengan optimal setidaknya 5-10 tahun ke depan.
"Angkasa Pura II (pengelola Bandara Kertajati) yang menangis karena setiap bulan Rp5 miliar keluar. Pendapatan tidak ada," ungkap Agus.
Terakhir, ia juga menyinggung soal berkurangnya angkutan kota dan desa yang terus menurun kuantitasnya karena jumlah pengguna motor yang meningkat.
Dia bilang, keberadaan motor menghancurkan angkutan umum dan angkutan pedesaan.
Keputusan masyarakat yang lebih memilih membeli motor berimbas pada angkutan daerah yang sepi penumpang, sehingga menurun jumlahnya armadanya.
Padahal, keberadaan angkutan pedasaan ini sangat dibutuhkan, misalnya untuk mengakomodir penumpang yang turun di terminal pada tengah malam.
"Makanya setiap Lebaran, aparat, Kemenhub, dan Kementerian PUPR pusing semua (karena) orang naik kendaraan prbiadi. Karena kalau naik kendaraan umum, sampai terminal tengah malam, mau naik apa? Kan tidak ada angkutan," kata Agus.
"Coba sekarang turun di Tegal jam 2 pagi terus desa anda di Lebaksiu. Naik apa? Paling naik ojek. Harusnya ada angkutan pedesaan. Angkutan kota," sambungnya.
Maka dari itu, ia menegaskan perihal angkutan kota dan angkutan desa itu harus diperbaiki segera karena banyak yang sudah tidak beroperasi.