Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, YERUSALEM – Serangan rudal yang dilakukan militer Hamas dengan pasukan Israel telah memicu dampak negatif bagi sektor pariwisata di wilayah kota Betlehem, daerah Tepi Barat.
Salah seorang pemandu wisata di kota Betlehem menjelaskan kawasan alun-alun utama dan jalan-jalan di sekitar Gereja Kelahiran Bethlehem saat ini sepi pelancong. Kondisi serupa juga terjadi pada sejumlah tempat wisata di Israel seperti Yerusalem serta pantai berpasir putih Tel Aviv yang kini ditinggal 3 juta wisatawan.
“Bisnis terhenti sejak perang dimulai, jalan-jalan terputus, tidak ada yang datang,”kata Essa Abu Dawoud, seorang pemandu wisata di kota Betlehem.
Baca juga: Harga Minyak Bisa Tak Terkendali Jika Iran Ikut Perang di Israel
Sebelum serangan antara Israel dan Hamas memanas, dalam sepekan 90.000 wisatawan biasa memadati sejumlah tempat wisata rohani di Yerusalem dan Betlehem, akan tetapi kondisi tersebut berbanding terbalik pasca Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan perang dan bersumpah negaranya akan melakukan balas dendam atas serangan yang dilakukan pasukan Hamas.
Sentimen panas tersebut yang kemudian memicu kekhawatiran sejumlah negara termasuk Amerika dan Inggris, hingga terpaksa mengeluarkan pembatasan bagi warga negaranya yang ingin berpelancong ke kawasan Timur Tengah, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Tak hanya itu puluhan maskapai dan kapal pesiar kompak membatalkan perjalanan ke wilayah Timur Tengah setelah Israel meningkatkan serangannya terhadap kubu Hamas di Gaza.
Adapun maskapai penerbangan yang membatalkan penerbangan ke Israel diantaranya seperti Delta Air Lines dan American Airline, hingga Swiss Air, Austrian Airlines, dan Turkish Airlines.
"Keselamatan pelanggan dan kru kami adalah prioritas utama kami. Kami memantau situasi dengan cermat dan kami menyesuaikan jadwal penerbangan sesuai kebutuhan," kata salah satu maskapai asal AS.
Imbas pembatasan tersebut, kini puluhan agen travel dan tour harus membatalkan kunjungannya ke kawasan wisata di Yerusalem, Tel Aviv dan Betlehem. Seperti Operator tur Australia, Intrepid Travel dan Odysseys Unlimited yang membatalkan tour ke Israel dan wilayah Palestina hingga akhir tahun ini.
“Akibat perang, kami membatalkan semua paket ke Tel Aviv dengan tanggal keberangkatan sebelum 22 Oktober,” ujar salah satu agen wisata, EasyJet.
Tak hanya sektor pariwisata saja yang terpukul, hampir 90 persen hotel di kawasan tempat wisata di Yerusalem, Tel Aviv dan Bethlehem juga dilaporkan mengalami kerugian parah akibat tinggal jutaan wisatawan.
Baca juga: Harga Minyak Bisa Tak Terkendali Jika Iran Ikut Perang di Israel
InterContinental Hotels mengatakan dua hotelnya, Six Senses Shaharut dan Hotel Indigo Tel Aviv – Diamond District terpaksa ditutup sementara hingga akhir tahun. Sementara salah satu hotel terbesar di Israel, Isrotel terancam bangkrut karena sepi pengunjung.
Sebagai informasi, sebelum ditinggal 3 juta pengunjung, sektor pariwisata dan perhotelan di wilayah Israel menyumbang pendapatan PDB negara hingga 2,8 persen. Namun akibat perang, Biro Pusat Statistik Israel memprediksi negaranya merugi hingga 4 miliar dolar AS selama tahun 2023.
Kerugian tersebut diproyeksikan dapat bertambah mengingat hingga kini serangan rudal terus ditembakan dari kubu Israel maupun Hamas.